Pages

Sabtu, 24 November 2018

Dia


Tempias rindu perlahan menyeruak
Memberi setitik jarak dalam jiwa
Asa yang tertata untuk bekal sebuah masa
Seketika sirna
Tanpa dia....
Rinik sendu di ujung senja
Berubah tawa lebayung sutra
Saat deburan ombak di iringi sapa ramah batu karang
Menyambut kedatangannya
Dialah pengukir mimpi
Yang mengajari bagaimana terbang di antara awan
Mengajari untuk menjadi kuat sekokoh batu karang
Mengajari untuk menjadi indah seindah purnama
Dialah senja yang hangatnya selalu di rindukan setiap jiwa
Dialah lautan dengan segala isinya
Yang berikan kehidupan pada semua insan
Tidak ada kata yang mampu lukiskan
Atas kebesaran hati dan jiwanya
Nama dan baktinya akan selalu membekas
Meskipun ia telah bersenja
Guru....
Cintaku...
Citaku....

Makan rambutan warna merah
Pilih yang harum baunya
Perjuangan tumpah darah
Cintailah indonesia merdeka
Pergi ke padang menari saman
Indah gerak tangan dan jari
Indonesia penuh keragaman
Lestarikanlah potensi negeri
Air tumpah masuk bejana
gemericik air timbulkann suara
Berjuanglah mencapai cita-cita
Demi mengharumkan nama negara
Makan mie ayam pakai sawi
Makan-makan dengan santai
Keharusan menjadi manusiawi
Jadilah rakyat yang cinta damai
Ke kebun binatang melihat hewan
Ada satu namanya rusa
Demi menjaga persatuan
Mintalah restu Tuhan yang Esa
Ke puncak gunung naik sepeda
Nikmati alam yang mempesona
Belajarlah di usia muda
Kelak tua kau kan berguna

Pergi ke pasar membeli jamu
Tidaklah lupa membeli buku
Jikalah engkau ingin berilmu
Rajinlah engkau membaca buku

Ke pasar batu membeli jamu
Jamu di beli di berikan tamu
Jikalah engkau ingin berilmu
Jadikan buku sebagai tamanmu

Rabu sore memotong kuku
Kukunya jatuh terkena siku
Menjadi guru adalah jalanku
Guru pejuang moto hidupku

Malam-malam  pergi ke malang
Malang terang nampak rembulan
Sedang apa kalian sekarang
Nampak risau tidak karuan

Malam minggu pergi ke tuban
Pergi ke tuban membeli nasi
Sedang apa kalian sekarang
Sudahkah siap memotivasi

Ke kebun binatang melihat buaya
Buaya bingung malu bertanya
Siapakah nama bapak saya
Jika tahu apa jawabnya

Alam Yaumi



Rabu, 24 Oktober 2018

Dia

Teruntuk dia yang kini entah kemana
Aku pernah tertawa karena dia
Pernah menangis karena dia
Pernah bahagia karena dia
Bahkan pernah kecewa karena dia

Mencubit ingatan pada sebuah masa
Saat bahagia berbagi es krim bersama
Saat bertengkar hanya karena telat memberi kabar
Saat apa lagi ya?...
Oh iya, lari pagi bersama, terkantuk kantuk menunggu dia
hihihi...

Hmmmm...
Lucu memang, setiap perasaan tak bisa tergambarkan
Lewat lisan ataupun untaian tulisan
Setiap detik terasa sangat berkesan

Ihh alay ya...
Ya itulah dia
dia yang kini pergi jauh entah kemana

Arizza Nanda Fadhilla

Kisah Sendu Garudaku

Garudaku yang gagah perkasa, tak lagi mampu busungkan dada
perisai utamanya di runtuhkan oleh ateis ateis najis
di temani tikus-tikus terhormat yang sembunyi di balik simpul dasi
yang memutus kokohnya rantai pengikat negeri

Memang lucu negeriku, tak hanya sang Garuda
bahkan Banteng yang gagah perkasa di patahkan tanduknya
Dengan menebar isu sara, provokasi antar umat beragama 
hanya satu tujuannya, Politik yang membuat rakyat semakin tercekik

Kembali ke Garuda yang semakin tak berdaya
Kini ia malah tak mampu mengepakkan sayapnya 
Melihat anggota dewan duduk manis, tanpa peduli nasib rakyat yang semakin tragis
Duduk tertunduk meneteskan iler iler amis.

Dan sekarang aku semakin tak tega melihat  sang Garuda
Ia telah kehilangan cakar tajamnya
Cakar tajamnya di curi tikus berjas rapi yang dihiasi simpul dasi 
Si tikus gunakan untuk robohkan beringin keadilan 
Menghunus ke bawah menumpas habis rakyat lemah 
Menambah otoritas orang besar dan miliki pangkat jabatan
Oh sungguh malang Garudaku


Surabaya, 24 Oktober 2018 

Minggu, 21 Oktober 2018

Miskinkan Koruptor



Hukuman bagi para koruptor di Indonesia sangat tidak sebanding dengan uang yang telah dikorupsi. Perlu ada inovasi jenis hukuman sebagai efek jera terhadap perampok uang rakyat tersebut. Tujuannya satu yaitu agar keuangan negara bisa dipulihkan.
Menghukum koruptor dengan hukuman penjara dinilai masih belum maksimal untuk memberikan efek jera bagi para koruptor. Mereka masih sangat bebas apalagi dengan campur tangan orang dalam. Mereka seakan tidak ambil pusing dengan ancaman hukuman yang di beerikan.
Inilah yang membuat koruptor di indonesia tidak pernah takut untuk korupsi. Koruptor seharusnya di miskinkan sesuai dengan kerugian negara. Sayangnya belum ada undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut. Misalnya merugikan negara sebesar 20M, maka aset pribadi sang koruptor harus di lelang senilai 20M dan wajib mengembalikan segala keuntungan hasil korupsi. Dengan begitu dapat di pastikan bisa memberi efek jera pada koruptor dan tidak mungkin mendapat fasilitas sedemikian rupa di dalam sel tahanan.

Sudahlah


Saling meninggalkan bukan perihal yang kuinginkan
Saat-saat ini yang paling mudah untukku ialah menjaga dan menahan
Sesungguhnya aku belum bisa menerima keadaan
Dan yang paling membuat sakit, aku hanya bisa menunggu tanpa kepastian
Ketika harga dirimu terlalu takut untuk ku rendahkan, padahal sama sekali tak ada niatan
Kini Kita memilih jalan untuk berjuang sendiri –sendiri tanpa ada yang memperhitungkan bagaimana dengan perasaan
Kamu mungkin sudah menikmati jalan yang kau pilih
Dengan dunia baru dan tanpa ada kata perih
Tapi Bagaimana denganku ? bukankah dirimu tak pernah menanyakan hal itu ?
                                                            
Kau bilang semua ini untuk kita nanti
Yang perlu kutanyakan, apakah dirimu nanti masih bisa ku miliki ?
Bukankah kini kita berbeda ? bukankah semua tak lagi sama ?
Hari ini, ataupun 5 tahun lagi keadaan tetaplah seperti ini
Dan aku masih harus disini menunggu hal yang tak pasti
Menunggu masa lalu yang ujung kembali
Percayalah.. tak mudah untuk berdiri sendiri

Kau membuatku belajar tentang senja yang rela kehilangan indahnya
Demi purnama,
Purnama yang belum tentu kembali dengan indah yang sama.(VWI)

Sabtu, 20 Oktober 2018

Malam Pencemburu


Meja rias ujung kamar
Rasaku senang duduk bersandar
Sembari merangkai tangkai-tangkai mawar
Yang kau hadiahkan sebelum mekar

Dingin sunyi menyulap suasana
Di awal malam cerah terang purnama
Sedikit sentuhan hangat rasa cinta
Berkolaborasi dengan sempurna

Bercahayakan aksesoris malam
Musik merdu menambah kesyahduan
Diatas kumpulan bulu angsa kita pelukan
Kali pertama dalam satu ikatan

Tirai-tirai benang disisi ranjang
Senandung bahagia ikut berdendang
Halus lembut selimut sutera
Membentangkan tubuhnya mendekap kita

Langit malam menegur keras
Cemburunya sampai tak terbatas
Melambaikan tangannya pada ujung pagi
Agar kita usai disini

Terimakasih malam pencemburu
Akan kerap ku ulangi bersama candu