Pages

Rabu, 30 Oktober 2019

Pendidikan Karakter: Tonggak Keberhasilan Pendidikan Generasi Milenial



Saat ini dunia telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut dengan Revolusi industri 4.0. Revolusi industri tersebut secara tidak langsung mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satunya ialah pendidikan. Termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Saat ini telah populer sistem pendidikan berbasis E-Learning. Proses pembelajaran serta interaksi sosial, banyak terjadi melalui media online.
Fenomena tersebut tidak bisa terelakan, lebih-lebih dengan kebutuhan generasi milenial yang semakin komplek. Tekhnologi seakan-akan telah menjadi nadi kehidupan bagi generasi ini. Bahkan interaksi sosial yang seharusnya terjadi di dunia nyata, sering dilakukan lewat media online. Misalnya, belajar kelompok, diskusi pembelajaran bahkan bermain-main melalui grup chat WA.
Banyak sekali efek negatif yang di timbulkan oleh perkembangan yang terlampau pesat ini apabila tidak ada kontrol dari berbagai pihak. Misalnya, anak yang kecanduan game online sebagai akibat dari peran orang tua yang terus menerus memberikan fasilitas untuk bermain. Anak-anak di bawah umur yang terlanjur kecanduan film film porno karena kurangnya kontrol dari lingkungan sekitar dan masih banyak lagi.
Era industri 4.0 ini melahirkan generasi milenial yang dituntut untuk tangguh karena persaingan global yang semakin ketat. Tidak hanya dalam segi iptek, akan tetapi karakter yang di tanamkan harus kuat serta bermoral. Menurut penelitian, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu banyaknya usia produktif daripada yang non produktif. Hal ini sangat menguntungkan Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya. Segalanya, ada di tangan generasi milenial saat ini. Karena merekalah yang akan memimpin Indonesia pada saat itu.
Penekanan pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting untuk menunjang segala hal tersebut. Lebih-lebih penanaman karakter yang disiplin, jujur, smart, tangguh, dan juga peduli harus di pupuk dan juga di perkuat. Hal tersebut tidak lain untuk mendukung keterampilan 4C (Critical Thinking, Colaboration, Communication, Creative) yang wajid dimiliki generasi milenial.
Suyitno (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas sifat, tabiat, tempramen dan watak. Jadi, dapat di simpulkan bahwa setiap peserta didik yang tidak mengikuti kaidah moral yang berlaku di masyarakat bisa dikatakan memiliki karakter buruk. Misalnya suka mencuri, tidak jujur dan lain-lain. Apabila siswa atau anak didik mengikuti apa yang telah d atur dalam kaidah moral yang berlaku, maka bisa dikatakan siwa ini adalah siswa yang baik.
Maka, lebih sinergi dari berbagai pihak antara guru, wali murid serta pemerintah harus berjalan beriringan serta memiliki visi misi yang sama. Tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang membentuk generasi yang beriman serta berakhlakul karimah. Karena di tangan merekalah masa depan Indonesia.
Pembiasaan pendidikan karakter harus dilakukan dari hal yang terkecil, misalnya dengan membuat program yang matang. Program yang telah ada di sekolah misalnya 3S (Senyum, salam, sapa) yang telah berjalan wajib di pertahankan. Contoh lainnya adalah membiasakan memungut sampah menemukan atau menjenguk teman ketika sakit. Program seperti ini harus di tanamkan dengan kuat oleh sekolah demi terwujudnya karakter yang baik dari siswa.
Selain itu, harus ada alat ukur yang tepat. Saat ini masih sangat jarang sekolah yang memiliki catatan perilaku siswa. Padahal dengan mencatat perkembangan perilaku siswa, pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan karakter dari siswa. Hal ini dapat di ukur melalui observasi langsung atau melalui kuisioner. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan karakter dari siswa tersebut.
 Penanaman karakter tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada contoh konkret bagi siswa. Maka dari itu, guru harus berperan aktif dalam memberikan contoh yang baik bagi siswa. Misalnya dengan sikap disiplin mulai dari tidak telat masuk kelas dan ibadah tepat waktu.karakter siswa lebih mudah terbentuk dari apa yang mereka lihat. Bukan dari apa yang mereka dengarkan misalnya lewat nasihat atau ceramah.
Pendidikan dan tekhnologi tidak dapat lagi terpisahkan. Maka dari itu, penguatan karakter siswa melalui hal-hal sederhana sangatlah penting. Hal ini bertujuan sebagai pagar yang membatasi perilaku dari siswa. Agar mereka dapat dengan bijak memanfaatkan perkembangan teknologi.

Senin, 28 Oktober 2019

Permainan Tradisional Membentuk Karakter Pejuang Generasi Milenial



Masa balita  merupakan masa keemasan. Pada masa ini, masa depan seseorang akan di tentukan. Apakah orang ini akan menjadi pribadi yang tangguh ataupun yang kurang tangguh. Menurut penelitian yang di lakukan ahli Perkembangan dan Perilaku anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan pada masa balita perkembangan otak berjalan sangat cepat hingga 80 persen. pada usia tersebut otak dengan sangat cepat menerima dan menangkap informasi tanpa melihat baik atau buruk. Dan pada masa inilah segala aspek afektif, kognitif dan psikomotor di bentuk dengan sangat cepat.

Pada masa ini, orang tua berperan besar dalam pembentukan karakter. Maka dari itu, hendaknya dapat memanfaatkan sebaik mungkin dengan memberikan pendidikan untuk membentuk karakter bagi anak. Pendidikan karakter anak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana misalnya membiasakan berdoa sebelum makan, memberikan pengertian tentang keagamaan secara sederhana misalkan ibadah tepat waktu.

Namun, pada masa modern seperti saat ini tantangan yang di hadapi semakin kompleks. Anak-anak yang seharusnya masih bermain dengan teman sebayanya, saat ini cenderung anti sosial karena lebih asik bermain dengan handphone. Perkembangan teknologi yang super cepat ini menjadikan mayoritas orang tua memilih jalan instan untuk membahagiakan buah hati mereka. Dengan memberikan ponsel dengan dalih “Yang penting diam, ndak nangis”. Pendidikan semacam ini kurang tepat dilakukan kepada anak-anak karena akan membentuk karakter mereka yang pemalas dan psikomotoriknya yang kurang terlatih.

Salah satu cara lain yang dirasa cukup efektif untuk membentuk karakter anak ialah dengan mengembangkan kembali permainan tradisional yang mulai pudar. Ashibily (2003) menyatakan bahwa banyak sisi positif yang bisa didapatkan dari permainan tradisional di Indonesia, antara lain 1) Pemanfaatan bahan-bahan permainan yang berasal dari alam dan 2) memiliki hubungan erat dalam melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia.

Dalam pendapat lain  I Wayan Tarna (2015) dalam studinya yang berjudul Peranan Permainan Tradisional dalam Pendidikan memaparkan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain (1) aspek motorik yang dapat melatih daya tahan, daya lentur, sensori-motorik, motorik kasar, dan motorik halus; (2) aspek kognitif yang dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif dan pemahaman kontekstual; (3) aspek emosi mampu mengasah empati, pengendalian diri dan katarsis emosional; dan (4) aspek bahasa dapat mengembangkan pemahaman konsep-konsep nilai. Hal ini menunjukan bahwa selain meningkatkan ketangkasan motorik, permainan tradisional dapat meningkatkan aspek kognitif serta afektif.

Salah satu contoh ialah permainan Gobak Sodor. Dalam permainan tersebut ketiga aspek pengetahuan meliputi kognitif, afektif serta psikomotorik dapat di latih. Di perlukan perhitungan yang cermat untuk menghadang atau melewati musuh (Kognitif). Di perlukan kerjasama antar kawan untuk menghadang atau melewati musuh (Afektif). Dan di butuhkan ketangkasan untuk berlari atau menangkap lawan (Psikomotorik). Dan masih banyak lagi permainan tradisional yang dapat membentuk karakter yang kuat.

Maka dari itu, pembentukan karakter melalui permainan tradisional merupakan jawaban dari semakin kompleks masalah merosotnya karakter generasi milenial. Lebih-lebih kepada anak usia dini. Mereka seharusnya tidak diberikan asupan gadget yang terlalu berlebihan. Pengenalan dengan permainan-permainan tradisional harus di galakkan oleh baik dari prang tua maupun sekolah. Dengan pembudayaan permainan tradisional, selain menjaga tradisi dan pelestarian kekayaan Indonesia dapat sekaligus membentuk karakter pejuang kepada generasi penerus bangsa.

Selasa, 22 Oktober 2019

Bencana: Teguran Nyata Disaat Kelalaian Merajalela


Akhir-akhir ini kemelut semakin banyak terjadi melanda Ibu Pertiwi. Belum lama rasanya kebakaran hutan Kalimantan dan Sumatera melanda yang merugikan berbagai aspek kehidupan. Belum lupa pula masalah sosial demonstrasi yang menuntut tidak di sahkannya RUU yang katanya banyak merugikan masyarakat. Saat ini Ibu Pertiwi kembali berduka dengan terbakarnya gunung-gunung di Jawa Timur serta bencana angin ribut di Kota Batu(20/10).
Bencana ini seakan tidak terekspose oleh media, karena tertutup oleh gemparnya pemberitaan tentang pelantikan presiden terpilih Jokowi-Ma’ruf masa abdi 2019-2024. Apakah ini berhubungan?
Peristiwa bencana alam terus menerus terjadi begitu saja. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa  bencana yang sering terjadi di Indonesia merupakan dampak dari letak geografisnya yang menjadikan Negara Indonesia rawan terjadi gempa bumi. Banyaknya gunung berapi yang menyebabkan rawan terjadinya gunung meletus. Perairan yang luas menyebabkan rawan terjadinya tsunami, serta kondisi masyarakatnya yang kurang sadar akan kehidupan dengan lingkungan sehingga banyak terjadi kebakaran hutan, banjir, tanah longsor dan masih banyak lagi.
Selanjutnya, bisa disebut apakah bencana yang silih berganti datang?  Masih pantaskah kita menyebut ini sebagai ujian di antara kemaksiatan dan perbuatan manusianya yang melakukan banyak kerusakan. Dan apakah ini semua benar-benar azab yang di turunkan oleh Allah untuk menegur hambanya yang mulai lalai dalam segala hal?
Berbagai macam ujian, musibah dan bencana yang melanda negeri ini banyak terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri. Mereka banyak melakukan maksiat terhadap Allah dan Rasul. Selain itu banyak orang-orang yang dipercaya memimpin untuk mewakili suara rakyat justru berperilaku dzolim terhadap rakyat.
 “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud : 117)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu Negara apabila rakyatnya patuh dan taat kepada perintah Allah. Lain halnya jika rakyatnya mulai lalai dan meninggalkan perintah Allah. Seperti halnya kaum Nabi Luth yang di tenggelamkan karena perbuatan maksiatnya (LGBT).
Itulah perkara-perkara yang menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan,kehancuran, kesempitan perpecahan antara rakyat dan pemimpin serta rakyat dengan rakyat. Korupsi dan ketidak adilan merajalela. Segala macam penyakit muncul menimpa manusia yang benar-benar menyulitkan kehidupan manusia.
Maka dari itu, seharusnya mulai sekarang menyadari sendiri apa yang telah dilakukan. Tidak hanya selalu menuntu keadilan, akan tetapi berusaha pula menunaikan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Dengan hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan ikhlas maka akan mendapatkan ridho dari Allah sehingga negeri ini mendapatkan rahmat yang berlimpah. Bukan lagi bencana yang terus menerus terjadi.