Saat ini
dunia telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut dengan
Revolusi industri 4.0. Revolusi industri tersebut secara tidak langsung
mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satunya ialah pendidikan. Termasuk
pendidikan yang ada di Indonesia. Saat ini telah populer sistem pendidikan berbasis E-Learning. Proses pembelajaran
serta interaksi sosial, banyak terjadi melalui media online.
Fenomena
tersebut tidak bisa terelakan, lebih-lebih dengan kebutuhan generasi milenial
yang semakin komplek. Tekhnologi seakan-akan telah menjadi nadi kehidupan bagi
generasi ini. Bahkan interaksi sosial yang seharusnya terjadi di dunia nyata,
sering dilakukan lewat media online. Misalnya, belajar kelompok, diskusi
pembelajaran bahkan bermain-main melalui grup chat WA.
Banyak
sekali efek negatif yang di timbulkan oleh perkembangan yang terlampau pesat
ini apabila tidak ada kontrol dari berbagai pihak. Misalnya, anak yang
kecanduan game online sebagai akibat dari peran orang tua yang terus menerus
memberikan fasilitas untuk bermain. Anak-anak di bawah umur yang terlanjur kecanduan
film film porno karena kurangnya kontrol dari lingkungan sekitar dan masih
banyak lagi.
Era
industri 4.0 ini melahirkan generasi milenial yang dituntut untuk tangguh
karena persaingan global yang semakin ketat. Tidak hanya dalam segi iptek, akan
tetapi karakter yang di tanamkan harus kuat serta bermoral. Menurut penelitian,
Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu banyaknya usia produktif
daripada yang non produktif. Hal ini sangat menguntungkan Indonesia untuk
meningkatkan kualitasnya. Segalanya, ada di tangan generasi milenial saat ini.
Karena merekalah yang akan memimpin Indonesia pada saat itu.
Penekanan
pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting untuk menunjang
segala hal tersebut. Lebih-lebih penanaman karakter yang disiplin, jujur, smart, tangguh, dan juga peduli harus di
pupuk dan juga di perkuat. Hal tersebut tidak lain untuk mendukung keterampilan
4C (Critical Thinking, Colaboration,
Communication, Creative) yang wajid dimiliki generasi milenial.
Suyitno
(2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas sifat, tabiat,
tempramen dan watak. Jadi, dapat di simpulkan bahwa setiap peserta didik yang
tidak mengikuti kaidah moral yang berlaku di masyarakat bisa dikatakan memiliki
karakter buruk. Misalnya suka mencuri, tidak jujur dan lain-lain. Apabila siswa
atau anak didik mengikuti apa yang telah d atur dalam kaidah moral yang
berlaku, maka bisa dikatakan siwa ini adalah siswa yang baik.
Maka, lebih
sinergi dari berbagai pihak antara guru, wali murid serta pemerintah harus
berjalan beriringan serta memiliki visi misi yang sama. Tujuannya tidak lain
adalah untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang membentuk generasi
yang beriman serta berakhlakul karimah. Karena di tangan merekalah masa depan
Indonesia.
Pembiasaan
pendidikan karakter harus dilakukan dari hal yang terkecil, misalnya dengan
membuat program yang matang. Program yang telah ada di sekolah misalnya 3S
(Senyum, salam, sapa) yang telah berjalan wajib di pertahankan. Contoh lainnya
adalah membiasakan memungut sampah menemukan atau menjenguk teman ketika sakit.
Program seperti ini harus di tanamkan dengan kuat oleh sekolah demi terwujudnya
karakter yang baik dari siswa.
Selain itu,
harus ada alat ukur yang tepat. Saat ini masih sangat jarang sekolah yang
memiliki catatan perilaku siswa. Padahal dengan mencatat perkembangan perilaku
siswa, pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan karakter dari siswa. Hal ini
dapat di ukur melalui observasi langsung atau melalui kuisioner. Tujuannya
ialah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan karakter dari siswa tersebut.
Penanaman karakter tersebut tidak akan dapat
berjalan dengan baik apabila tidak ada contoh konkret bagi siswa. Maka dari
itu, guru harus berperan aktif dalam memberikan contoh yang baik bagi siswa.
Misalnya dengan sikap disiplin mulai dari tidak telat masuk kelas dan ibadah
tepat waktu.karakter siswa lebih mudah terbentuk dari apa yang mereka lihat.
Bukan dari apa yang mereka dengarkan misalnya lewat nasihat atau ceramah.
Pendidikan
dan tekhnologi tidak dapat lagi terpisahkan. Maka dari itu, penguatan karakter
siswa melalui hal-hal sederhana sangatlah penting. Hal ini bertujuan sebagai
pagar yang membatasi perilaku dari siswa. Agar mereka dapat dengan bijak
memanfaatkan perkembangan teknologi.
0 komentar:
Posting Komentar