Pages

Sabtu, 09 November 2019

Punakawan: Sosok Teladan Yang Hampir Terlupakan




Indonesia saat ini telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut Revolusi industri 4.0. Segala sesuatu telah berbasis teknologi. Hingga pendidikan saat ini telah di dominasi oleh teknologi. Namun, ada satu pendidikan yang peraannya tidak dapat di gantikan oleh teknologi. Yaitu pendidikan karakter.

Saat ini, dalam kurikulum 2013 Indonesia telah menggaungkan tentang pendidikan karakter. Dalam artikel yang di rilis oleh laman Kemendikbud menyatakan terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber pancasila, yang mmenjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, kemandirian dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang dan membentuk keutuhan pribadi.

Banyak sekali jalan dan cara untuk membentuk karakter seperti di atas. Salah satunya ialah dengan meneladani kembali makna dari tokoh-tokoh pewayangan. Bangsa Indonesia dengan budaya yang sangat beragam telah mengajarkan tentang hakikat manusia yang manusiawi.  Sejarah bangsa ini telah membuktikan bahwa nenek moyang kita berjuang mempertahankan kemerdekaan bukan dengan bersikap curang atau permberian dari Negara lain. Akan tetapi sangat ironis, saat nilai-nilai perjuangan tersebut sedikit demi sedikit telah luntur. Padahal makna filosofis dari tokoh pewayangan mampu mengiringi setiap erak langkah manusia.

Ketika pendidikan menggaungkan pendidikan karakter, banyak dari tokoh pewayangan yang sangat menginspirasi, menginspirasi karena budinya, belas kasihnya, kebijaksanaannya serta kepemimpinannya. Dalam pagelaran wayang kulit pasti muncul 4 sekawan yang menjadi tokoh bijak, mulia, tak berpihak dan selalu berkata benar. Mereka adalah tokoh Punakawan.

Punakawan adalah 4 sekawan yang biasanya keluar di saat telah terjadi banyak kegaduhan. Mereka berperan sebagai penengah. Punakawan dalam bahasa jawa di ambil dari kata Pana yang artinya tahu dan Kawan yang artinya ialah teman. Artinya mereka tahu apa yang harus dilakukan saat membantu ksatria dalam dunia pewayangan. Anggota Punakawan ada empat orang yaitu Semar yang berperan sebagai ayah gareng, Petruk dan Bagong yang berperan sebagai anak dari Semar. Mereka adalah cerminan kelompok orang yang tulus, sederhana menghibur di saat susah dan memberikan nasihat kepada ksatria atau majikan mereka. Sering memberikan solusi dengan jenaka dan tidak menyinggung perasaan, sehingga orang yang diberi nasihat tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kritikan.

Punakawan adalah produk asli dari budaya Indonesia. Jika mencari tokoh Punakawan dalam naskah Mahabarata yang berasal dari India, maka Punakawan tidak akan di temukan. Punakawan ialah tokh pewayangan yang di ciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Slamet Mulyana menyatakan bahwa Punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra Gatotkacasraya karangan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.

Sangat penting bagi generasi muda untuk mempelajari bagaimana sosok Punakawan ini menjalani kehidupan. Karena sangan banyak sekai pelajaran yang dapat di ambil dari tokoh tokoh Punakawan ini. Berikut ialah beberapa penjelasan tentang tokoh-tokoh Punakawan.

 Semar

Semar bentuknya samar-samar dan mukanya pucat. Karakter yang disimbolkan oleh wujud semar adalah kesederhanaan, kejujuran, mengasihi sesama, rendah hati, tidak terlalu bersedih ketika mengalami kesulitan, dan tidak terlalu senang ketika mengalami kebahagiaan (Achmad, 2012).  Kesederhanaan sangat sulit ditemui di masa sekarang, banyak orang hidup tujuan utamanya adalah material, makin banyak material yang didapatkan atau makin kaya maka makin merasa hidupnya sukses dan bahagia. Namun ukuran kebahagiaan tidak selalu ditentukan oleh materi, kesederhanaan dalam menjalani hidup lebih diutamakan. Dengan kesederhanaan kita bisa merasakan berbagi dengan orang lain, kita bisa merasakan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita, dengan kesederhanaan mampu membuat kita tidak hidup selalu dengan tuntutan harus lebih dari yang sekarang didapatkan secara materi dan tidak berat meninggalkan materi dunia ketika tiba waktunya meninggal (Yuwanto, 2012).

Nala Gareng

Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan (Achmad, 2012). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Nala Gareng menyimbolkan karakter hidup prihatin dalam menjalani kehidupan baik senang maupun duka, dan selalu berhati-hati dalam berperilaku.

Petruk Kanthong Bolong

Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Nama Kanthong Bolong menunjukkan kesabaran yang dalam (Achmad, 2012). Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Konsep psikologi kognitif menjelaskan bahwa saat mengalami masalah, manusia akan membuat suatu keputusan untuk penyelesaian masalah. Saat berpikir panjang digambarkan dengan membuat berbagai alternatif penyelesaian masalah dengan perhitungan kelebihan dan kekurangannya. Dengan adanya alternatif penyelesaian masalah manusia bisa mengambil keputusan yang tepat (Yuwanto, 2012). Sabar, menggambarkan penerimaan terhadap apa yang sudah digariskan Tuhan setelah manusia berusaha, bukan hanya sekadar pasrah menerima tanpa usaha. Istilah jawa nerimo ing pandum sering diartikan bahwa pasrah menerima tanpa usaha. Arti ini keliru, nerimo ing pandum artinya menerima apapun hasil dari usaha yang telah dilakukan karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa tetapi Tuhan yang menentukan akhirnya.

Bagong

Bentuknya mirip semar tetapi hitam gelap sehingga disebut sebagai bayangan semar. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (Achmad, 2012). Makna mendalam dari karakter Bagong adalah tidak terlalu kagum dengan kehidupan dunia. Saat ini kehidupan manusia termasuk di Indonesia mulai bergeser dari kehidupan kolektivisme dan relationisme menjadi individualism yang sangat khas materialismenya. Kehidupan dunia dengan harta dan jabatan menjadi target utama yang harus dicapai. Karakter Bagong dapat menjadi model bahwa kehidupan dunia tidak abadi. Manusia harus selalu belajar dari bayangannya yang memiliki makna manusia harus selalu introspeksi diri dengan kekurangan atau kejelekan diri sendiri untuk memperbaiki perilaku yang lebih baik. Bukannya selalu melihat kejelekan orang lain tanpa melihat kekurangan diri sendiri sehingga diri menjadi sombong.

Pendidikan Indonesia yang saat ini telah berbasis CLIL yang harus mengintegrasikan pembelajaran dengan budaya daerah dapat di sisipkan pendidikan melalui tokoh Punakawan ini. Dengan memeladani sikap dan juga karakter dari setiap tokoh punakawan, maka dapat di pastikan generasi penerus bangsa akan memiliki karakter yang sangat kuat. Sehingga dapat bijak dalam segala hal terutama dalam memanfaatkan teknologi. Dan dapat mengantarkan Indonesia menjadi Negara yang mampu bersaing di dunia Internasional berbekal budaya lokal.

0 komentar:

Posting Komentar