Indonesia
saat ini telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut
Revolusi industri 4.0. Segala sesuatu telah berbasis teknologi. Hingga pendidikan
saat ini telah di dominasi oleh teknologi. Namun, ada satu pendidikan yang
peraannya tidak dapat di gantikan oleh teknologi. Yaitu pendidikan karakter.
Saat
ini, dalam kurikulum 2013 Indonesia telah menggaungkan tentang pendidikan
karakter. Dalam artikel yang di rilis oleh laman Kemendikbud menyatakan terdapat
lima nilai karakter utama yang bersumber pancasila, yang mmenjadi prioritas
pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, kemandirian dan
kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang
sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang dan
membentuk keutuhan pribadi.
Banyak
sekali jalan dan cara untuk membentuk karakter seperti di atas. Salah satunya
ialah dengan meneladani kembali makna dari tokoh-tokoh pewayangan. Bangsa
Indonesia dengan budaya yang sangat beragam telah mengajarkan tentang hakikat
manusia yang manusiawi. Sejarah bangsa
ini telah membuktikan bahwa nenek moyang kita berjuang mempertahankan
kemerdekaan bukan dengan bersikap curang atau permberian dari Negara lain. Akan
tetapi sangat ironis, saat nilai-nilai perjuangan tersebut sedikit demi sedikit
telah luntur. Padahal makna filosofis dari tokoh pewayangan mampu mengiringi
setiap erak langkah manusia.
Ketika
pendidikan menggaungkan pendidikan karakter, banyak dari tokoh pewayangan yang
sangat menginspirasi, menginspirasi karena budinya, belas kasihnya,
kebijaksanaannya serta kepemimpinannya. Dalam pagelaran wayang kulit pasti muncul
4 sekawan yang menjadi tokoh bijak, mulia, tak berpihak dan selalu berkata
benar. Mereka adalah tokoh Punakawan.
Punakawan
adalah 4 sekawan yang biasanya keluar di saat telah terjadi banyak kegaduhan. Mereka
berperan sebagai penengah. Punakawan dalam bahasa jawa di ambil dari kata Pana yang artinya tahu dan Kawan yang artinya ialah teman. Artinya
mereka tahu apa yang harus dilakukan saat membantu ksatria dalam dunia
pewayangan. Anggota Punakawan ada empat orang yaitu Semar yang berperan sebagai
ayah gareng, Petruk dan Bagong yang berperan sebagai anak dari Semar. Mereka
adalah cerminan kelompok orang yang tulus, sederhana menghibur di saat susah
dan memberikan nasihat kepada ksatria atau majikan mereka. Sering memberikan
solusi dengan jenaka dan tidak menyinggung perasaan, sehingga orang yang diberi
nasihat tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kritikan.
Punakawan
adalah produk asli dari budaya Indonesia. Jika mencari tokoh Punakawan dalam
naskah Mahabarata yang berasal dari India, maka Punakawan tidak akan di
temukan. Punakawan ialah tokh pewayangan yang di ciptakan oleh seorang pujangga
Jawa. Slamet Mulyana menyatakan bahwa Punakawan pertama kali muncul dalam karya
sastra Gatotkacasraya karangan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.
Sangat
penting bagi generasi muda untuk mempelajari bagaimana sosok Punakawan ini
menjalani kehidupan. Karena sangan banyak sekai pelajaran yang dapat di ambil
dari tokoh tokoh Punakawan ini. Berikut ialah beberapa penjelasan tentang
tokoh-tokoh Punakawan.
Semar
Semar bentuknya samar-samar dan mukanya pucat.
Karakter yang disimbolkan oleh wujud semar adalah kesederhanaan, kejujuran,
mengasihi sesama, rendah hati, tidak terlalu bersedih ketika mengalami
kesulitan, dan tidak terlalu senang ketika mengalami kebahagiaan (Achmad,
2012). Kesederhanaan sangat sulit ditemui di masa sekarang, banyak orang
hidup tujuan utamanya adalah material, makin banyak material yang didapatkan
atau makin kaya maka makin merasa hidupnya sukses dan bahagia. Namun ukuran
kebahagiaan tidak selalu ditentukan oleh materi, kesederhanaan dalam menjalani
hidup lebih diutamakan. Dengan kesederhanaan kita bisa merasakan berbagi dengan
orang lain, kita bisa merasakan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita, dengan
kesederhanaan mampu membuat kita tidak hidup selalu dengan tuntutan harus lebih
dari yang sekarang didapatkan secara materi dan tidak berat meninggalkan materi
dunia ketika tiba waktunya meninggal (Yuwanto, 2012).
Nala Gareng
Nala gareng merupakan tokoh
punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami
cacat kaki, cacat tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki
menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang
cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil
akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan
(Achmad, 2012). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Nala Gareng
menyimbolkan karakter hidup prihatin dalam menjalani kehidupan baik senang
maupun duka, dan selalu berhati-hati dalam berperilaku.
Petruk Kanthong Bolong
Tokoh petruk digambarkan dengan
bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Nama Kanthong Bolong
menunjukkan kesabaran yang dalam (Achmad, 2012). Dalam menjalani hidup manusia
harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir
panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Konsep psikologi kognitif
menjelaskan bahwa saat mengalami masalah, manusia akan membuat suatu keputusan
untuk penyelesaian masalah. Saat berpikir panjang digambarkan dengan membuat
berbagai alternatif penyelesaian masalah dengan perhitungan kelebihan dan
kekurangannya. Dengan adanya alternatif penyelesaian masalah manusia bisa
mengambil keputusan yang tepat (Yuwanto, 2012). Sabar, menggambarkan penerimaan
terhadap apa yang sudah digariskan Tuhan setelah manusia berusaha, bukan hanya
sekadar pasrah menerima tanpa usaha. Istilah jawa nerimo ing pandum sering diartikan
bahwa pasrah menerima tanpa usaha. Arti ini keliru, nerimo ing pandum artinya
menerima apapun hasil dari usaha yang telah dilakukan karena manusia hanya bisa
berusaha dan berdoa tetapi Tuhan yang menentukan akhirnya.
Bagong
Bentuknya mirip semar tetapi hitam
gelap sehingga disebut sebagai bayangan semar. Karakter yang disimbolkan dari
bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum
pada kehidupan di dunia (Achmad, 2012). Makna mendalam dari karakter Bagong
adalah tidak terlalu kagum dengan kehidupan dunia. Saat ini kehidupan manusia
termasuk di Indonesia mulai bergeser dari kehidupan kolektivisme dan
relationisme menjadi individualism yang sangat khas materialismenya. Kehidupan
dunia dengan harta dan jabatan menjadi target utama yang harus dicapai.
Karakter Bagong dapat menjadi model bahwa kehidupan dunia tidak abadi. Manusia
harus selalu belajar dari bayangannya yang memiliki makna manusia harus selalu
introspeksi diri dengan kekurangan atau kejelekan diri sendiri untuk memperbaiki
perilaku yang lebih baik. Bukannya selalu melihat kejelekan orang lain tanpa
melihat kekurangan diri sendiri sehingga diri menjadi sombong.
Pendidikan Indonesia yang saat ini telah berbasis CLIL yang harus mengintegrasikan
pembelajaran dengan budaya daerah dapat di sisipkan pendidikan melalui tokoh
Punakawan ini. Dengan memeladani sikap dan juga karakter dari setiap tokoh
punakawan, maka dapat di pastikan generasi penerus bangsa akan memiliki
karakter yang sangat kuat. Sehingga dapat bijak dalam segala hal terutama dalam
memanfaatkan teknologi. Dan dapat mengantarkan Indonesia menjadi Negara yang
mampu bersaing di dunia Internasional berbekal budaya lokal.
0 komentar:
Posting Komentar