Di Negara berkembang seperti Indonesia, pendidikan formal
menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan seseorang. Ukuran keberhasilan
berpatokan pada tinggi atau rendahnya nilai yang didapat di sekolah. Paradigma seperti
itulah yang menjadikan pendidikan di Indonesia susah untuk berkembang, bahkan
bersain di dunia Internasional. Karena mental yang di bentuk ialah bagaimana
hasil akhir dalam pendidikan, bukan proses dalam menjalani pendidikan itu
sendiri.
Masalah tersebut di perparah dengan berbagai progam “coba-coba”
dari pemerintah. Pemerintah saat ini masih berusaha meraba-raba bagaimana system
pendidikan yang cocok di terapkan di Indonesia. Maka dari itu, terbentuklah
Kurikulum 2013 hingga kurikulum 2013 Revisi. Akan tetapi, masih sangat banyak human error yang terjadi. Entah itu dari
pihak siswa yang tidak mampu untuk mengikuti. Atau pihak guru yang tidak mampu
mengikuti serta menciptakan inovasi sesuai tuntutan zaman.
Lalu mau di bawa kemana pendidikan Indonesia? Padahal tepat
di tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Dimana usia produktif
lebih banyak daripada usia yang tidak produktif. Dan generasi yang sangat di
tunggu, yaitu Generasi Emas. Yang seharusnya mulai diberikan bekal sejak saat
ini agar mereka mampu bersaing di era yang lebih modern tersebut.
Untuk menghadapi tren dunia tersebut, Bangsa Indonesia harus
segera menyiapkan diri. Melalui Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan pemerintah Indonesia telah memiliki peta jalan menuju
Generaasi Emas Indonesia tahun 2045 dengan menetapkan sasaran pendidikan dalam
tiga tahap, yaitu (1) tahap pertama (2016-2025), pembangunan pendidikan
terfokus pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat, (2) tahap kedua (2026-2035),
pembangunan pendidikan terfokus pada perwujudan manusia Indonesia yang mandiri,
jujur, adil, dan makmur dengan prioritas penguatan pendidikan karakter, dan (3)
tahap ketiga (2036-2045), pembangunan pendidikan terfokus pada peningkatan
taraf pendidikan rakyat Indonesia yang unggul dan berdaya saing Internasional
(Kemdukbud, 2018).
Untuk merealisasi berbagai tahap tersebut, di butuhkan metode
sebagai jalan mencapai tujuan. Beberapa metode khususnya dalam bidang
pendidikan telah banyak di kembangkan oleh para ahli. Salah satunya ialah
metode pembelajaran menggunakan Metode Hybrid
Learning atau Blended Learning. Sesuai
dengan namanya, blended learning merupakan metode pembelajaran yang memadukan
pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Metode ini mendukung
siswa atau peserta didik untuk belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman yang sangat pesat ini. Dengan adanya blended
learning, sekaligus melatih keterampilan 4C (Communication, collaboration, creative, critical thinking) sebagai
bekal menghadapi ketatnya persaingan global.
Blended learning merupakan tren belajar masa depan. Hal ini
di dukung dari berbagai faktor. Salah satunya ialah pergeseran bagaimana cara
orang mencari sebuah informasi. Orang- orang saat ini seakan bergantung dengan
mesin pencari google di saat ingin mengetahui sesuatu. Selain menghemat waktu, dengan
seperti ini di rasa sangat efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga untuk
belajar.
Belajar pun dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh
siapa saja. Lewat blended learning, seseorang dapat belajar dengan
interaktivitas yang mendekati belajar langsung dengan tatap muka. Bahkan dapat
dilakukan saat instruktur terpisah jauh. Tak hanya itu, seseorang dapat
mengatur jadwal sendiri dengan instruktur.
Dengan melakukan berbagai inovasi tersebut, tidak hanya
haasil akhir yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang. Akan tetapi
proses yang terjadi akan lebih menjadikan pengalaman tertentu dari seseorang
tersebut. Dengan seperti itu, perlahan paradigma tentang nilai yang menjadi
tolak ukur keberhasilan seseorang akan berganti dengan bagaimana proses
seseorang tersebut dalam menjalani kehidupan. Karena di era Indonesia Emas
tahun 2045 bukanlah nilai yang menjadi patokan. Akan tetapi seberapa besar
pengalaman seseorang tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar