Pages

Kamis, 05 Desember 2019

Genderisasi Anak Usia Sekolah: Apa Pengaruhnya Terhadap Kehidupan?



Seringkali gender diartikan sebagai jenis kelamin. Hal ini merupakan pengertian yang telah dipahami oleh masyarakat luas. Padahal pengertian kelamin dengan gender sangatlah jauh berbeda. Makna jenis kelamin merupakan perbedaan fisik yang didasarkan pada anatomi biologi manusia, terutama yang berhubungan dengan fungsi reproduksi. Sedangkan pengertian gender merupakan pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Gender merupakan analisis yang digunakan dalam masyarakat untuk menempatkan posisi setara antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender dapat dikategorikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur tentang pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh prespektif masyarakat itu sendiri. Misalnya setiap pekerjaan yang kasar adalah tugas lelaki dan pekerjaan rumah misalnya mencuci baju dll merupakan pekerjaan perempuan.

Dalam dunia pendidikan, gender merupakan sesuatu yang tidak dapat di hindari. Ada satu istilah dalam dunia pendidikan, yaitu bias gender. Bias gender merupakan suatu perilaku mengunggulkan salah satu jenis kelamin tertentu sehingga terjadi ketimpangan gender. Bias gender inilah yang menjadi akar permasalahan ketimpangan gender. Hal ini dapat di minimalkan oleh peran institusi pendidikan tersebut. Institusi pendidikan dianggap memiliki peran yang sangat besar terhadap membentuk cara pandang dalam membentuk berbagai ketimpangan gender di masyarakat.

Dunia pendidikan merupakan ranah yang berperan besar terhadap kemajuan suatu peradaban. Akan tetapi, terjadi beberapa masalah yang terjadi pada pendidikan di karenakan prespektif masyarakat yang telah terbentuk akibat genderisasi. Berikut beberapa permasalahan gender yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia.

Akses



Akses merupakan fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Indonesia merupakan Negara yang sangat luas. Maka dari itu, pembangunan yang dilakukan masih belum dapat merata hingga ke pelosok. Sama halnya dengan pendidikan yang masih terkesan ala kadarnya di area pedalaman. Di tambah lagi dengan akses yang jauh dan sulit membuat orangtua khususnya yang memiliki anak perempuan memilih untuk tidak menyekolahkannya. Karena telah berpikiran anaknya akan di biayai oleh suaminya nanti. Jadi, prespektif perempuan hanya akan bekerja di dapur masih sangat melekat pada masyarakat seperti ini.
                                                                                               Partisipasi

Aspek partisipasi mencakup faktor bidang studi dan statistic pendidikan. Kembali lagi masalah kurang meratanya pendidikan menjadi faktor utama terhambatnya pendidikan terhadap gender tertentu. Prespektif masyarakat bahwa wanita akan bekerja di dapur, menjadikan para wanita tidak memiliki kesempatan sebesar laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Orangtua lebih memilih mengutamakan untuk menyekolahkan anak laki-lakinya terlebih dahulu daripada anak perempuanya. Hal ini terjadi karena khawatir terhadap perkembangan dan juga masa depan anak laki-lakinya daripada perempuan.

Manfaat dan Penguasaan

Saat ini, angka buta huruf lebih banyak di dominasi oleh para wanita. Sedangkan para laki-laki lebih banyak menguasai berbagai keterampilan. Hal ini di sebabkan oleh pendidikan sekolah yang lebih menonjolkan laki-laki dalam setiap kegiatan. Misalnya saat memimpin upacaca, ketua kelas dan juga beberpa perlakuan yang sengaja di bedakan. Secara tidak langsung, membentuk karakter dan juga pembatasan terhadap gender dari laki-laki dan perempuan hingga masa depannya nanti.

Dalam dunia pendidikan, haruslah dilakukan perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak berarti yang telah menjadi kodrat lelaki akan di gantikan oleh perempuan. Akan tetapi, perlakuan dan pemberian porsi yang sama dalam setiap hal. Dalam deklarasi hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat pengajaran, pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima, serta rasa persahabatan antar semua bangsa. Dalam hal ini, dunia pendidikan memiliki tugas tidak hanya mencerdaskan generasi bangsa akan tetapi, lebih besar dari itu yaitu membangun prespektif masyarakat dalam memandang gender.


0 komentar:

Posting Komentar