Seringkali
gender diartikan sebagai jenis kelamin. Hal ini merupakan pengertian yang telah
dipahami oleh masyarakat luas. Padahal pengertian kelamin dengan gender
sangatlah jauh berbeda. Makna jenis kelamin merupakan perbedaan fisik yang
didasarkan pada anatomi biologi manusia, terutama yang berhubungan dengan
fungsi reproduksi. Sedangkan pengertian gender merupakan pembedaan peran,
fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari
konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Gender
merupakan analisis yang digunakan dalam masyarakat untuk menempatkan posisi
setara antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender dapat dikategorikan sebagai
alat yang digunakan untuk mengukur tentang pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan yang dibentuk oleh prespektif masyarakat itu sendiri. Misalnya setiap
pekerjaan yang kasar adalah tugas lelaki dan pekerjaan rumah misalnya mencuci
baju dll merupakan pekerjaan perempuan.
Dalam dunia pendidikan, gender merupakan sesuatu yang
tidak dapat di hindari. Ada satu istilah dalam dunia pendidikan, yaitu bias
gender. Bias gender merupakan suatu perilaku mengunggulkan salah satu jenis
kelamin tertentu sehingga terjadi ketimpangan gender. Bias gender inilah yang
menjadi akar permasalahan ketimpangan gender. Hal ini dapat di minimalkan oleh
peran institusi pendidikan tersebut. Institusi pendidikan dianggap memiliki
peran yang sangat besar terhadap membentuk cara pandang dalam membentuk
berbagai ketimpangan gender di masyarakat.
Dunia pendidikan merupakan ranah yang berperan besar
terhadap kemajuan suatu peradaban. Akan tetapi, terjadi beberapa masalah yang
terjadi pada pendidikan di karenakan prespektif masyarakat yang telah terbentuk
akibat genderisasi. Berikut beberapa permasalahan gender yang terjadi pada
dunia pendidikan di Indonesia.
Akses
Akses
merupakan fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Indonesia merupakan Negara yang
sangat luas. Maka dari itu, pembangunan yang dilakukan masih belum dapat merata
hingga ke pelosok. Sama halnya dengan pendidikan yang masih terkesan ala
kadarnya di area pedalaman. Di tambah lagi dengan akses yang jauh dan sulit
membuat orangtua khususnya yang memiliki anak perempuan memilih untuk tidak
menyekolahkannya. Karena telah berpikiran anaknya akan di biayai oleh suaminya
nanti. Jadi, prespektif perempuan hanya akan bekerja di dapur masih sangat
melekat pada masyarakat seperti ini.
Partisipasi
Aspek
partisipasi mencakup faktor bidang studi dan statistic pendidikan. Kembali lagi
masalah kurang meratanya pendidikan menjadi faktor utama terhambatnya
pendidikan terhadap gender tertentu. Prespektif masyarakat bahwa wanita akan
bekerja di dapur, menjadikan para wanita tidak memiliki kesempatan sebesar
laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Orangtua lebih memilih
mengutamakan untuk menyekolahkan anak laki-lakinya terlebih dahulu daripada
anak perempuanya. Hal ini terjadi karena khawatir terhadap perkembangan dan
juga masa depan anak laki-lakinya daripada perempuan.
Manfaat dan Penguasaan
Saat
ini, angka buta huruf lebih banyak di dominasi oleh para wanita. Sedangkan para
laki-laki lebih banyak menguasai berbagai keterampilan. Hal ini di sebabkan
oleh pendidikan sekolah yang lebih menonjolkan laki-laki dalam setiap kegiatan.
Misalnya saat memimpin upacaca, ketua kelas dan juga beberpa perlakuan yang
sengaja di bedakan. Secara tidak langsung, membentuk karakter dan juga
pembatasan terhadap gender dari laki-laki dan perempuan hingga masa depannya
nanti.
Dalam
dunia pendidikan, haruslah dilakukan perlakuan yang sama antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini tidak berarti yang telah menjadi kodrat lelaki akan di
gantikan oleh perempuan. Akan tetapi, perlakuan dan pemberian porsi yang sama
dalam setiap hal. Dalam deklarasi hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa
setiap orang berhak mendapat pengajaran, pengajaran harus mempertinggi rasa
saling mengerti, saling menerima, serta rasa persahabatan antar semua bangsa. Dalam
hal ini, dunia pendidikan memiliki tugas tidak hanya mencerdaskan generasi
bangsa akan tetapi, lebih besar dari itu yaitu membangun prespektif masyarakat
dalam memandang gender.
0 komentar:
Posting Komentar