Parafrasa
Puisi dan Cerpen karya Lesbianton
Oleh:
Arizza Nanda Fadhilla
A.
Parafrasa
Puisi menjadi Pantun
1.
Satu
kata
Nampaklah
indah bumi pertiwiku
Tak
cukup tahu sekedar dari buku
Marilah
bicara bersamaku
Kenali
diriku jangan sekedar namaku
2.
Dibalik
kejadian yang nyata
Rimbunnya
hutan tak rupa lahan
Lahan
di babat rakus di ganyam
Bila
kau ingin mengingat Tuhan
Bukalah
mata pandanglah alam
3.
Terlepas
dari kesalahannya
Tak
ada sukses tanpa terjal
Terjal
perjalanan sebagai ukur
Wahai
kalian manusia berakal
Sudahkan
kalian semua bersyukur?
4.
Tuhan
Tiada
nikmat yang tak semu
Melainkan
nikmat terbesar dengan bertemu
Izinkan
aku merasakan nikmat terbesar-Mu
Yaitu
dapat bertemu dengan Dzat-Mu
5.
Tuhan
Tiada
pohon tanpa akar
Tiada
sampah tanpa lalat
Izinkan
aku hidup liar
Tanpa
aturan yang mengikat
6.
Tuhan
Saudagar
datang hendaklah di jamu
Siapkan
mangga beserta duku
Begitu
banyak nikmat dari-Mu
Mana
sisa yang kau berikan untukku
7.
Tuhan
Bahagia
hanyalah bayangan
Bayangan
indah yang menipu
Jika
kerinduan jaraknya kematian
Cabut
nyawaku, obati rinduku
B.
Parafrasa
Cerpen menjadi Puisi
1.
Harian
Budaya Blora
Pagi
ini mentari tersenyum indah
Mengisyaratkan
sebuah kabar gembira
Begitu
juga langit seakan bernyanyi indah
Di
iringi tarian dari gumpalan awan
Sungguh
hari yang sangat bersahabat
Kendang
mulai di pukul
Pinggul
mulai di goyang
Suasana
riuh penuh kesenangan
Akan
tetapi sekejap awan hitam menutup hari itu
Langit-langit
tak kuasa menumpahkan air matanya
Ya
semua kecewa
Akan
tetapi masih masih dapat kita sembunyikan luka
Bersama
tangis ceria hari itu
2.
Dalang
Nasional
Mimpi tak sekedar
memejamkan mata, melihat keindahan yang semua terasa terbias oleh bayang senja,
atau mungkin seperti melihat di balik jendela dengan sebuah lensa yang tertutup embun dan menutup pandangan mata.
Pemandangan jauh di depannya terasa hangat dengan
selimut lembayung sutra ,
dengan edelweis meski tak ada
setangkai bunga pun di sana, hanya rerumputan yang menari iringi nyanyian alam tanpa ada gerakan.
Tidak! Lebih dari
itu, mimpi adalah sebuah skenario semesta
yang mengukir tentang sebuah cerita tanpa ada dusta di dalamnya.
Mengajarkan membuka
mata, keluar dari dekapan kabut yang membelenggu indahnya senja.
3.
Barungan
Blora 1
Negeri Ini
Di tengah purnama ia bermimpi
Menjadi sebatang ranting tua
yang mengering
Yang rapuh tiada yang menatap
Semuanya berpaling
Yang tak mampu bertahan di
saat hujan
Yang tak berdaya di jatuhkan
angin
Yang tak bisa menolak menjuak
dirinya untuk bumi
Yang terbakar saat senja mulai
menyapa
Hanya satu akar yang dapat
menopang
“Keberagaman”
4.
Barungan
Blora 2
Sungguh bahagia negeri ini
Walaupun lapar tetap tertawa
Menutupi air mata dengan
topeng yang mengerikan
Menyembunyikan cerita di balik
tawa bahagia
Ya inilah negeriku
Dengan berbagai keragamannya
Dengan topeng seram serta
badut badutnya
Yang tidak dapat di tebak
siapa di balik semuanya
Cerita mengerikan yang
mengundang kebahagiaan sudah biasa terdengar
Bahkan dengan iringan music serta
tari-tarian
Tidak ada luka yang benar
benar luka di negeriku
Negeri yang kaya
Dan bahagia
5.
Barungan
Blora 3
Banyak
sekali atraksi serta spekulasi dari para penari negeri ini
Rakyat
hanya bisa menonton sembari mengamati apa yang sebenarnya terjadi
Laki-laki
perempuan semuanya berkerumun
Menanti
apa lagi yang akan di suguhkan oleh para penari
Apakah
akan ada tangis lagi?
Atau
bahkan bukan sekedar tangis
Bisa
jadi mereka jadi korban ketidak tahuan
Hahaha
Negeriku
6.
Kutemukan
Keragaman dalam Sahabat di Pramuka
Mentari sore hangat menyinari
Menyambut mengajakku menari
Angin melambai menarikku berlari
Bukit bukit tersenyum manis sekali
Bercengkrama tubuhku dengan langit
Membuatku lupa apa itu rasa sakit
Tersenyum bibirku dengan awan
Membuatku lupa bagaimana ditinggalkan
Kaki-kaki ku menari beraturan
Diatas hijau permadani rerumputan
Bersamaan kedua mata kepejamkan
Tak kusangka kekasihku hadir dengan senyuman
Ikut menari menambah alunan
Tanganku tak kuasa memeluknya
Bibirku berkata ‘’aku jatuh cinta’’
‘’aku jatuh cinta’’ ‘’aku….jatuh cinta’’
Mataku terbuka,air mataku leleh dengan hebatnya
Butir kelapa ini membawa mimpi ke depan mata
0 komentar:
Posting Komentar