Pages

Kamis, 05 Desember 2019

Genderisasi Anak Usia Sekolah: Apa Pengaruhnya Terhadap Kehidupan?



Seringkali gender diartikan sebagai jenis kelamin. Hal ini merupakan pengertian yang telah dipahami oleh masyarakat luas. Padahal pengertian kelamin dengan gender sangatlah jauh berbeda. Makna jenis kelamin merupakan perbedaan fisik yang didasarkan pada anatomi biologi manusia, terutama yang berhubungan dengan fungsi reproduksi. Sedangkan pengertian gender merupakan pembedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Gender merupakan analisis yang digunakan dalam masyarakat untuk menempatkan posisi setara antara laki-laki dan perempuan. Jadi, gender dapat dikategorikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur tentang pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh prespektif masyarakat itu sendiri. Misalnya setiap pekerjaan yang kasar adalah tugas lelaki dan pekerjaan rumah misalnya mencuci baju dll merupakan pekerjaan perempuan.

Dalam dunia pendidikan, gender merupakan sesuatu yang tidak dapat di hindari. Ada satu istilah dalam dunia pendidikan, yaitu bias gender. Bias gender merupakan suatu perilaku mengunggulkan salah satu jenis kelamin tertentu sehingga terjadi ketimpangan gender. Bias gender inilah yang menjadi akar permasalahan ketimpangan gender. Hal ini dapat di minimalkan oleh peran institusi pendidikan tersebut. Institusi pendidikan dianggap memiliki peran yang sangat besar terhadap membentuk cara pandang dalam membentuk berbagai ketimpangan gender di masyarakat.

Dunia pendidikan merupakan ranah yang berperan besar terhadap kemajuan suatu peradaban. Akan tetapi, terjadi beberapa masalah yang terjadi pada pendidikan di karenakan prespektif masyarakat yang telah terbentuk akibat genderisasi. Berikut beberapa permasalahan gender yang terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia.

Akses



Akses merupakan fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Indonesia merupakan Negara yang sangat luas. Maka dari itu, pembangunan yang dilakukan masih belum dapat merata hingga ke pelosok. Sama halnya dengan pendidikan yang masih terkesan ala kadarnya di area pedalaman. Di tambah lagi dengan akses yang jauh dan sulit membuat orangtua khususnya yang memiliki anak perempuan memilih untuk tidak menyekolahkannya. Karena telah berpikiran anaknya akan di biayai oleh suaminya nanti. Jadi, prespektif perempuan hanya akan bekerja di dapur masih sangat melekat pada masyarakat seperti ini.
                                                                                               Partisipasi

Aspek partisipasi mencakup faktor bidang studi dan statistic pendidikan. Kembali lagi masalah kurang meratanya pendidikan menjadi faktor utama terhambatnya pendidikan terhadap gender tertentu. Prespektif masyarakat bahwa wanita akan bekerja di dapur, menjadikan para wanita tidak memiliki kesempatan sebesar laki-laki untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Orangtua lebih memilih mengutamakan untuk menyekolahkan anak laki-lakinya terlebih dahulu daripada anak perempuanya. Hal ini terjadi karena khawatir terhadap perkembangan dan juga masa depan anak laki-lakinya daripada perempuan.

Manfaat dan Penguasaan

Saat ini, angka buta huruf lebih banyak di dominasi oleh para wanita. Sedangkan para laki-laki lebih banyak menguasai berbagai keterampilan. Hal ini di sebabkan oleh pendidikan sekolah yang lebih menonjolkan laki-laki dalam setiap kegiatan. Misalnya saat memimpin upacaca, ketua kelas dan juga beberpa perlakuan yang sengaja di bedakan. Secara tidak langsung, membentuk karakter dan juga pembatasan terhadap gender dari laki-laki dan perempuan hingga masa depannya nanti.

Dalam dunia pendidikan, haruslah dilakukan perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Hal ini tidak berarti yang telah menjadi kodrat lelaki akan di gantikan oleh perempuan. Akan tetapi, perlakuan dan pemberian porsi yang sama dalam setiap hal. Dalam deklarasi hak asasi manusia pasal 26 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat pengajaran, pengajaran harus mempertinggi rasa saling mengerti, saling menerima, serta rasa persahabatan antar semua bangsa. Dalam hal ini, dunia pendidikan memiliki tugas tidak hanya mencerdaskan generasi bangsa akan tetapi, lebih besar dari itu yaitu membangun prespektif masyarakat dalam memandang gender.


Kamis, 21 November 2019

Menuju Indonesia Emas 2045: Perlukah Inovasi Dalam Pendidikan?




Di Negara berkembang seperti Indonesia, pendidikan formal menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan seseorang. Ukuran keberhasilan berpatokan pada tinggi atau rendahnya nilai yang didapat di sekolah. Paradigma seperti itulah yang menjadikan pendidikan di Indonesia susah untuk berkembang, bahkan bersain di dunia Internasional. Karena mental yang di bentuk ialah bagaimana hasil akhir dalam pendidikan, bukan proses dalam menjalani pendidikan itu sendiri.

Masalah tersebut di perparah dengan berbagai progam “coba-coba” dari pemerintah. Pemerintah saat ini masih berusaha meraba-raba bagaimana system pendidikan yang cocok di terapkan di Indonesia. Maka dari itu, terbentuklah Kurikulum 2013 hingga kurikulum 2013 Revisi. Akan tetapi, masih sangat banyak human error yang terjadi. Entah itu dari pihak siswa yang tidak mampu untuk mengikuti. Atau pihak guru yang tidak mampu mengikuti serta menciptakan inovasi sesuai tuntutan zaman.

Lalu mau di bawa kemana pendidikan Indonesia? Padahal tepat di tahun 2045 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Dimana usia produktif lebih banyak daripada usia yang tidak produktif. Dan generasi yang sangat di tunggu, yaitu Generasi Emas. Yang seharusnya mulai diberikan bekal sejak saat ini agar mereka mampu bersaing di era yang lebih modern tersebut.

Untuk menghadapi tren dunia tersebut, Bangsa Indonesia harus segera menyiapkan diri.  Melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pemerintah Indonesia telah memiliki peta jalan menuju Generaasi Emas Indonesia tahun 2045 dengan menetapkan sasaran pendidikan dalam tiga tahap, yaitu (1) tahap pertama (2016-2025), pembangunan pendidikan terfokus pada peningkatan kapasitas satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan untuk seluruh lapisan masyarakat, (2) tahap kedua (2026-2035), pembangunan pendidikan terfokus pada perwujudan manusia Indonesia yang mandiri, jujur, adil, dan makmur dengan prioritas penguatan pendidikan karakter, dan (3) tahap ketiga (2036-2045), pembangunan pendidikan terfokus pada peningkatan taraf pendidikan rakyat Indonesia yang unggul dan berdaya saing Internasional (Kemdukbud, 2018).

Untuk merealisasi berbagai tahap tersebut, di butuhkan metode sebagai jalan mencapai tujuan. Beberapa metode khususnya dalam bidang pendidikan telah banyak di kembangkan oleh para ahli. Salah satunya ialah metode pembelajaran menggunakan Metode Hybrid Learning atau Blended Learning. Sesuai dengan namanya, blended learning merupakan metode pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka dengan materi online secara harmonis. Metode ini mendukung siswa atau peserta didik untuk belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang sangat pesat ini. Dengan adanya blended learning, sekaligus melatih keterampilan 4C (Communication, collaboration, creative, critical thinking) sebagai bekal menghadapi ketatnya persaingan global.

Blended learning merupakan tren belajar masa depan. Hal ini di dukung dari berbagai faktor. Salah satunya ialah pergeseran bagaimana cara orang mencari sebuah informasi. Orang- orang saat ini seakan bergantung dengan mesin pencari google di saat ingin mengetahui sesuatu. Selain menghemat waktu, dengan seperti ini di rasa sangat efisien karena tidak membutuhkan banyak tenaga untuk belajar.

Belajar pun dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dan oleh siapa saja. Lewat blended learning, seseorang dapat belajar dengan interaktivitas yang mendekati belajar langsung dengan tatap muka. Bahkan dapat dilakukan saat instruktur terpisah jauh. Tak hanya itu, seseorang dapat mengatur jadwal sendiri dengan instruktur.

Dengan melakukan berbagai inovasi tersebut, tidak hanya haasil akhir yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang. Akan tetapi proses yang terjadi akan lebih menjadikan pengalaman tertentu dari seseorang tersebut. Dengan seperti itu, perlahan paradigma tentang nilai yang menjadi tolak ukur keberhasilan seseorang akan berganti dengan bagaimana proses seseorang tersebut dalam menjalani kehidupan. Karena di era Indonesia Emas tahun 2045 bukanlah nilai yang menjadi patokan. Akan tetapi seberapa besar pengalaman seseorang tersebut.

Selasa, 12 November 2019

Memupuk Karakter Sabar melalui Permainan Tradisional



Sabar merupakan sebuah sikap menahan diri dari sesuatu yang tidak di harapkan. Dalam Bahasa Indonesia sabar didefinisikan dalam dua makna. Pertama, sabar merupakan tahan dalam menghadapi cobaan sehingga membuat manusia tidak ceoat marah. Kedua, sabar merupakan sikap tenang, tidak mudah tergesa-gesa, dan terburu-buru. Mennurut Ibnu Qayyim sabar ialah menahan diri dari keluh kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota tubuh dari tindakan-tindakan yang mengganggu serta mengacaukan diri sendiri dan orang lain.

Sabar merupakan karakter yang harus di tanamkan dengan kuat pada anak usia dini. Hal ini bertujuan untuk membiasakan sang anak untuk tetap menahan dengan ikhlas apabila ekspetasi berbanding terbalik dengan realita. Cara terdekat untuk menanamkan sikap sabar pada anak ialah melalui permainan tradisional.

Banyak sekali permainan tradisional yang dapat membentuk karakter sejak usia dini. Salah satunya ialah Engklek. Engklek yang nama aslinya ialah Sondah Mandah merupakan salah satu permainan yang di adaptasi dari bahasa Belanda berarti Sunday Monday. Nama Sunday Monday karena 7 kotak yang di gunakan dalam permainan melambangkan 7hari dalam satu minggu.

Dalam hubungannya dengan karakter sabar, peneliti UGM Subandi (2011) menyatakan ada 9 konsep sabar yaitu, 1) Pengendalian diri 2)Sikap bertahan dalam situasi sulit 3)Perilaku untuk menerima kenyataan 4)Sikap untuk berpikir panjang 5)Sikap gigih atau tidak putus asa 6)Sikap tenang, tidak buru-buru 7)Sikap memaafkan 8)Sikap ikhlas 9)Sikap menahan emosi. Keseluruhan konsep tersebut dapat di implementasikan melalui permainan tradisional khususnya engklek. Berikut penjabaran secara rincinya:

1). Pengendalian diri

Dalam permainan engklek, anak akan berusaha sedemikian rupa mengatur dirinya sendiri untuk terjaga tetap dalam kebaikan. Seorang anak harus berpikir ulang apabila ingin melempar senjata. Mereka harus dengan cermat memperkirakan dan mengontrol lemparan sehingga senjata dapat dengan tepat masuk kedalam kotak. Dalam hal ini kontrol atau pengendalian diri sangat di butuhkan agar tujuan yang di inginkan dapat tercapai.

2). Sikap bertahan dalam situasi sulit

Dalam pengertian ini, seseorang yang sabar harus memiliki sikap bertahan walaupun dalam situasi sulit. Salah satu contohnya ialah di saat seluruh teman telah mendapat rumah, maka akan kesulitan menjalankan giliran untuk jalan. Karena, harus melewati rumah atau kotak dari pemain lain. Dalam hal ini di butuhkan kesabaran serta berusaha untuk melawan dan bertahan dari segala macam kesulitan yang ada.

3). Perilaku untuk menerima kenyataan

Setiap permainan selalu ada yang menang serta kalah. Dengan bersikap sabar, maka akan muncul perilaku untuk menerima kenyataan. Kubler Ross menyatakan ada beberapa tahan untuk menerima kenyataan antara lain denial, anger, bargaining, depression dan acceptance. Sikap sabar yang di tunjukan akan mempercepat seseorang menuju tahap acceptance atau penerimaan terhadap kenyataan.

4). Sikap untuk berpikir panjang

Sabar dapat membuat seseorang berppikir panjang. Dalam permainan, di butuhkan pemikiran logis. Bagaimana strategi ke depan agar dapat memenangkan permainan. Misalnya memikirkan cara melempar harus berjinjit atau tahan nafas saat senjata di layangkan. Seseorang dapat menjadi mendoktrin energi positif dengan adanya sikap seperti ini. Namun, terkadang keputusan yang tercampur dengan emosi menjadikan sikap ini luntur.

5). Sikap gigih dan tidak mudah putus asa

Sabar akan membentuk pribadi seseorang menjadi gigih dan tidak mudah putus asa. Dalam permainan, tentunya selalu ada pemain yang tertinggal atau kalah. Dengan memiliki sikap sabar, maka pemain yang kalah akan merasa terpacu untuk lebih optimis serta gigih untuk berjuang membalik keadaan. Caranya dengan menyusun ulang berbagai strategi yang ada. Dengan sabar akan membentuk seorang sosok yang pejuang.

6). Sikap tenang, tidak terburu-buru

Dengan memiliki sifat sabar, akan membuat seseorang akan berhati-hati dalam mengambil sikap. Sabar menjadikan kepribadin seseorang menjadi lebih tenang. Dalam permainan, setiap pemain akan tetap tenang dalam menjalani permainan. Dengan tenang dan tidak terburu-buru, perjalanan menuju kemenangan akan semakin jelas terlihat. Misalnya dalam melempar, apabila terburu-buru arah lemparan tidak akan terarah. Maka, di butuhkan ketenangan untuk dapat bermain dengan baik.

7). Sikap memaafkan

Dalam permainan, terkadang ada seseorang yang bermain curang. Di butuhkan kesabaran untuk menunjukan sikap memaafkan dalam menyikapi hal tersebut. Sikap memaafkan bukan berarti kalah akan tetapi untuk kebaikan sendiri. Salah satu contohnya ialah apabila ada seorang pemain menjatuhkan dua kaki dalam satu kotak yang bukan rumahnya. Akan tetapi ia tidak mau mengaku. Maka di butuhkan sikap sabar untuk dapat memaafkan sehingga tidak akan terjadi hal yang tidak di inginkan.

8). Sikap ikhlas

Sikap ikhlas merupakan representasi dari kesabaran yaitu dapat menerima apapun yang terjadi. Dalam hal ini menang kalah merupakan hal biasa. Maka dari itu, ikhlas dan sabar akan membentuk individu yang luar biasa.

9). Menahan emosi

Kesabaran akan menjadikan emosi dari seseorang menjadi lebih stabil. Seperti yang telah di jelaskan dalam poin-poin di atas, setiap ada kecurangan di haruskan sabar. Dengan sabar maka emosi akan stabil sehingga membuat pemain lain nyaman untuk melanjutkan permainan tanpa ada perselisihan yang berkepanjangan.

Banyak sekali nilai-nilai dan juga makna yang terkandung dalam permainan tradisional. Permainan tradisional juga dapat di jadikan sebagai media pembelajaran sekaligus wadah untuk membentuk karakter generasi penerus bangsa. Memang tidak dapat di pungkiri lagi, teknologi yang semakin pesat merambah berbagai sektor hingga ke permainan anak menjadi tantangan tersendiri. Permainan tradisional harus tetap di lestarikan karena inilah budaya asli bangsa Indonesia.


Sabtu, 09 November 2019

Punakawan: Sosok Teladan Yang Hampir Terlupakan




Indonesia saat ini telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut Revolusi industri 4.0. Segala sesuatu telah berbasis teknologi. Hingga pendidikan saat ini telah di dominasi oleh teknologi. Namun, ada satu pendidikan yang peraannya tidak dapat di gantikan oleh teknologi. Yaitu pendidikan karakter.

Saat ini, dalam kurikulum 2013 Indonesia telah menggaungkan tentang pendidikan karakter. Dalam artikel yang di rilis oleh laman Kemendikbud menyatakan terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber pancasila, yang mmenjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, kemandirian dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang dan membentuk keutuhan pribadi.

Banyak sekali jalan dan cara untuk membentuk karakter seperti di atas. Salah satunya ialah dengan meneladani kembali makna dari tokoh-tokoh pewayangan. Bangsa Indonesia dengan budaya yang sangat beragam telah mengajarkan tentang hakikat manusia yang manusiawi.  Sejarah bangsa ini telah membuktikan bahwa nenek moyang kita berjuang mempertahankan kemerdekaan bukan dengan bersikap curang atau permberian dari Negara lain. Akan tetapi sangat ironis, saat nilai-nilai perjuangan tersebut sedikit demi sedikit telah luntur. Padahal makna filosofis dari tokoh pewayangan mampu mengiringi setiap erak langkah manusia.

Ketika pendidikan menggaungkan pendidikan karakter, banyak dari tokoh pewayangan yang sangat menginspirasi, menginspirasi karena budinya, belas kasihnya, kebijaksanaannya serta kepemimpinannya. Dalam pagelaran wayang kulit pasti muncul 4 sekawan yang menjadi tokoh bijak, mulia, tak berpihak dan selalu berkata benar. Mereka adalah tokoh Punakawan.

Punakawan adalah 4 sekawan yang biasanya keluar di saat telah terjadi banyak kegaduhan. Mereka berperan sebagai penengah. Punakawan dalam bahasa jawa di ambil dari kata Pana yang artinya tahu dan Kawan yang artinya ialah teman. Artinya mereka tahu apa yang harus dilakukan saat membantu ksatria dalam dunia pewayangan. Anggota Punakawan ada empat orang yaitu Semar yang berperan sebagai ayah gareng, Petruk dan Bagong yang berperan sebagai anak dari Semar. Mereka adalah cerminan kelompok orang yang tulus, sederhana menghibur di saat susah dan memberikan nasihat kepada ksatria atau majikan mereka. Sering memberikan solusi dengan jenaka dan tidak menyinggung perasaan, sehingga orang yang diberi nasihat tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kritikan.

Punakawan adalah produk asli dari budaya Indonesia. Jika mencari tokoh Punakawan dalam naskah Mahabarata yang berasal dari India, maka Punakawan tidak akan di temukan. Punakawan ialah tokh pewayangan yang di ciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Slamet Mulyana menyatakan bahwa Punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra Gatotkacasraya karangan Empu Panuluh pada zaman kerajaan Kediri.

Sangat penting bagi generasi muda untuk mempelajari bagaimana sosok Punakawan ini menjalani kehidupan. Karena sangan banyak sekai pelajaran yang dapat di ambil dari tokoh tokoh Punakawan ini. Berikut ialah beberapa penjelasan tentang tokoh-tokoh Punakawan.

 Semar

Semar bentuknya samar-samar dan mukanya pucat. Karakter yang disimbolkan oleh wujud semar adalah kesederhanaan, kejujuran, mengasihi sesama, rendah hati, tidak terlalu bersedih ketika mengalami kesulitan, dan tidak terlalu senang ketika mengalami kebahagiaan (Achmad, 2012).  Kesederhanaan sangat sulit ditemui di masa sekarang, banyak orang hidup tujuan utamanya adalah material, makin banyak material yang didapatkan atau makin kaya maka makin merasa hidupnya sukses dan bahagia. Namun ukuran kebahagiaan tidak selalu ditentukan oleh materi, kesederhanaan dalam menjalani hidup lebih diutamakan. Dengan kesederhanaan kita bisa merasakan berbagi dengan orang lain, kita bisa merasakan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita, dengan kesederhanaan mampu membuat kita tidak hidup selalu dengan tuntutan harus lebih dari yang sekarang didapatkan secara materi dan tidak berat meninggalkan materi dunia ketika tiba waktunya meninggal (Yuwanto, 2012).

Nala Gareng

Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan (Achmad, 2012). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Nala Gareng menyimbolkan karakter hidup prihatin dalam menjalani kehidupan baik senang maupun duka, dan selalu berhati-hati dalam berperilaku.

Petruk Kanthong Bolong

Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Nama Kanthong Bolong menunjukkan kesabaran yang dalam (Achmad, 2012). Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Konsep psikologi kognitif menjelaskan bahwa saat mengalami masalah, manusia akan membuat suatu keputusan untuk penyelesaian masalah. Saat berpikir panjang digambarkan dengan membuat berbagai alternatif penyelesaian masalah dengan perhitungan kelebihan dan kekurangannya. Dengan adanya alternatif penyelesaian masalah manusia bisa mengambil keputusan yang tepat (Yuwanto, 2012). Sabar, menggambarkan penerimaan terhadap apa yang sudah digariskan Tuhan setelah manusia berusaha, bukan hanya sekadar pasrah menerima tanpa usaha. Istilah jawa nerimo ing pandum sering diartikan bahwa pasrah menerima tanpa usaha. Arti ini keliru, nerimo ing pandum artinya menerima apapun hasil dari usaha yang telah dilakukan karena manusia hanya bisa berusaha dan berdoa tetapi Tuhan yang menentukan akhirnya.

Bagong

Bentuknya mirip semar tetapi hitam gelap sehingga disebut sebagai bayangan semar. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (Achmad, 2012). Makna mendalam dari karakter Bagong adalah tidak terlalu kagum dengan kehidupan dunia. Saat ini kehidupan manusia termasuk di Indonesia mulai bergeser dari kehidupan kolektivisme dan relationisme menjadi individualism yang sangat khas materialismenya. Kehidupan dunia dengan harta dan jabatan menjadi target utama yang harus dicapai. Karakter Bagong dapat menjadi model bahwa kehidupan dunia tidak abadi. Manusia harus selalu belajar dari bayangannya yang memiliki makna manusia harus selalu introspeksi diri dengan kekurangan atau kejelekan diri sendiri untuk memperbaiki perilaku yang lebih baik. Bukannya selalu melihat kejelekan orang lain tanpa melihat kekurangan diri sendiri sehingga diri menjadi sombong.

Pendidikan Indonesia yang saat ini telah berbasis CLIL yang harus mengintegrasikan pembelajaran dengan budaya daerah dapat di sisipkan pendidikan melalui tokoh Punakawan ini. Dengan memeladani sikap dan juga karakter dari setiap tokoh punakawan, maka dapat di pastikan generasi penerus bangsa akan memiliki karakter yang sangat kuat. Sehingga dapat bijak dalam segala hal terutama dalam memanfaatkan teknologi. Dan dapat mengantarkan Indonesia menjadi Negara yang mampu bersaing di dunia Internasional berbekal budaya lokal.

Kamis, 07 November 2019

Organisasi, Batu Loncatan Mahasiswa dalam Belajar Bermasyarakat


Mahasiswa merupakan status tertinggi yang di sandang oleh pelajar. Masyarakat saat ini berpandangan bahwa apabila seorang pelajar tidak melanjutkan studi hingga mahasiswa, merupakan sebuah kerugian. Hal ini sejalan dengan tuntutan yang semakin komplek di era revolusi industri 4.0 ini. Masyarakat di tuntut untuk dapat berkontribusi penuh. Maka dari itu, pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai hal tersebut.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen terpenting yang ada di masyarakat. Terbukti dengan adanya revolusi meruntuhkan orde baru yang tidak terlepas dari peran mahasiswa. Mahasiswa sepakat turun ke jalan menyuarakan keluh kesah masyarakat. Mereka lebih pantas di sebut sebagai penyambung lidah rakyat daripada DPR.

Salah satu jalan yang dapat di tempuh untuk menjadi mahasiswa seperti itu ialah dengan aktif berorganisasi. Organisasi akan melatih mental serta ideologi. Sehingga dapat melatih untuk berpikir kritis. Lebih dari itu, aktif dalam berorganisasi, mahasiswa nantinya akan mendapat pengalaman untuk dunia kerja. “Bangku kuliah sebagai tempat untuk mencari ilmu sekaligus belajar berorganisasi, lalu apa yang akan dilakukan mahasiswa setelah selesai kuliah, ini harus di sadari oleh generasi muda agar mempersiapkan dirinya setelah keluar dari pekuliahan,” ungkap Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia, Tjiu Thomas Effendy.

Organisasi merupakan sarana untuk berlatih. Belajar memimpin setelah kuliah merupakan sebuah hal yang sangat telat. Maka dari itu waktu kuliah merupakan kesempatan besar untuk mengoptimalkan potensi untuk memperbanyak berlatih untuk bekal bermasyarakat.

Rabu, 30 Oktober 2019

Pendidikan Karakter: Tonggak Keberhasilan Pendidikan Generasi Milenial



Saat ini dunia telah memasuki revolusi industri dunia ke-4 atau sering disebut dengan Revolusi industri 4.0. Revolusi industri tersebut secara tidak langsung mempengaruhi segala aspek kehidupan. Salah satunya ialah pendidikan. Termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Saat ini telah populer sistem pendidikan berbasis E-Learning. Proses pembelajaran serta interaksi sosial, banyak terjadi melalui media online.
Fenomena tersebut tidak bisa terelakan, lebih-lebih dengan kebutuhan generasi milenial yang semakin komplek. Tekhnologi seakan-akan telah menjadi nadi kehidupan bagi generasi ini. Bahkan interaksi sosial yang seharusnya terjadi di dunia nyata, sering dilakukan lewat media online. Misalnya, belajar kelompok, diskusi pembelajaran bahkan bermain-main melalui grup chat WA.
Banyak sekali efek negatif yang di timbulkan oleh perkembangan yang terlampau pesat ini apabila tidak ada kontrol dari berbagai pihak. Misalnya, anak yang kecanduan game online sebagai akibat dari peran orang tua yang terus menerus memberikan fasilitas untuk bermain. Anak-anak di bawah umur yang terlanjur kecanduan film film porno karena kurangnya kontrol dari lingkungan sekitar dan masih banyak lagi.
Era industri 4.0 ini melahirkan generasi milenial yang dituntut untuk tangguh karena persaingan global yang semakin ketat. Tidak hanya dalam segi iptek, akan tetapi karakter yang di tanamkan harus kuat serta bermoral. Menurut penelitian, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu banyaknya usia produktif daripada yang non produktif. Hal ini sangat menguntungkan Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya. Segalanya, ada di tangan generasi milenial saat ini. Karena merekalah yang akan memimpin Indonesia pada saat itu.
Penekanan pendidikan serta peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting untuk menunjang segala hal tersebut. Lebih-lebih penanaman karakter yang disiplin, jujur, smart, tangguh, dan juga peduli harus di pupuk dan juga di perkuat. Hal tersebut tidak lain untuk mendukung keterampilan 4C (Critical Thinking, Colaboration, Communication, Creative) yang wajid dimiliki generasi milenial.
Suyitno (2012) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas sifat, tabiat, tempramen dan watak. Jadi, dapat di simpulkan bahwa setiap peserta didik yang tidak mengikuti kaidah moral yang berlaku di masyarakat bisa dikatakan memiliki karakter buruk. Misalnya suka mencuri, tidak jujur dan lain-lain. Apabila siswa atau anak didik mengikuti apa yang telah d atur dalam kaidah moral yang berlaku, maka bisa dikatakan siwa ini adalah siswa yang baik.
Maka, lebih sinergi dari berbagai pihak antara guru, wali murid serta pemerintah harus berjalan beriringan serta memiliki visi misi yang sama. Tujuannya tidak lain adalah untuk mewujudkan cita-cita pendidikan nasional yang membentuk generasi yang beriman serta berakhlakul karimah. Karena di tangan merekalah masa depan Indonesia.
Pembiasaan pendidikan karakter harus dilakukan dari hal yang terkecil, misalnya dengan membuat program yang matang. Program yang telah ada di sekolah misalnya 3S (Senyum, salam, sapa) yang telah berjalan wajib di pertahankan. Contoh lainnya adalah membiasakan memungut sampah menemukan atau menjenguk teman ketika sakit. Program seperti ini harus di tanamkan dengan kuat oleh sekolah demi terwujudnya karakter yang baik dari siswa.
Selain itu, harus ada alat ukur yang tepat. Saat ini masih sangat jarang sekolah yang memiliki catatan perilaku siswa. Padahal dengan mencatat perkembangan perilaku siswa, pihak sekolah dapat mengetahui perkembangan karakter dari siswa. Hal ini dapat di ukur melalui observasi langsung atau melalui kuisioner. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan karakter dari siswa tersebut.
 Penanaman karakter tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada contoh konkret bagi siswa. Maka dari itu, guru harus berperan aktif dalam memberikan contoh yang baik bagi siswa. Misalnya dengan sikap disiplin mulai dari tidak telat masuk kelas dan ibadah tepat waktu.karakter siswa lebih mudah terbentuk dari apa yang mereka lihat. Bukan dari apa yang mereka dengarkan misalnya lewat nasihat atau ceramah.
Pendidikan dan tekhnologi tidak dapat lagi terpisahkan. Maka dari itu, penguatan karakter siswa melalui hal-hal sederhana sangatlah penting. Hal ini bertujuan sebagai pagar yang membatasi perilaku dari siswa. Agar mereka dapat dengan bijak memanfaatkan perkembangan teknologi.

Senin, 28 Oktober 2019

Permainan Tradisional Membentuk Karakter Pejuang Generasi Milenial



Masa balita  merupakan masa keemasan. Pada masa ini, masa depan seseorang akan di tentukan. Apakah orang ini akan menjadi pribadi yang tangguh ataupun yang kurang tangguh. Menurut penelitian yang di lakukan ahli Perkembangan dan Perilaku anak dari Amerika bernama Brazelton menyebutkan pada masa balita perkembangan otak berjalan sangat cepat hingga 80 persen. pada usia tersebut otak dengan sangat cepat menerima dan menangkap informasi tanpa melihat baik atau buruk. Dan pada masa inilah segala aspek afektif, kognitif dan psikomotor di bentuk dengan sangat cepat.

Pada masa ini, orang tua berperan besar dalam pembentukan karakter. Maka dari itu, hendaknya dapat memanfaatkan sebaik mungkin dengan memberikan pendidikan untuk membentuk karakter bagi anak. Pendidikan karakter anak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana misalnya membiasakan berdoa sebelum makan, memberikan pengertian tentang keagamaan secara sederhana misalkan ibadah tepat waktu.

Namun, pada masa modern seperti saat ini tantangan yang di hadapi semakin kompleks. Anak-anak yang seharusnya masih bermain dengan teman sebayanya, saat ini cenderung anti sosial karena lebih asik bermain dengan handphone. Perkembangan teknologi yang super cepat ini menjadikan mayoritas orang tua memilih jalan instan untuk membahagiakan buah hati mereka. Dengan memberikan ponsel dengan dalih “Yang penting diam, ndak nangis”. Pendidikan semacam ini kurang tepat dilakukan kepada anak-anak karena akan membentuk karakter mereka yang pemalas dan psikomotoriknya yang kurang terlatih.

Salah satu cara lain yang dirasa cukup efektif untuk membentuk karakter anak ialah dengan mengembangkan kembali permainan tradisional yang mulai pudar. Ashibily (2003) menyatakan bahwa banyak sisi positif yang bisa didapatkan dari permainan tradisional di Indonesia, antara lain 1) Pemanfaatan bahan-bahan permainan yang berasal dari alam dan 2) memiliki hubungan erat dalam melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia.

Dalam pendapat lain  I Wayan Tarna (2015) dalam studinya yang berjudul Peranan Permainan Tradisional dalam Pendidikan memaparkan bahwa permainan tradisional dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain (1) aspek motorik yang dapat melatih daya tahan, daya lentur, sensori-motorik, motorik kasar, dan motorik halus; (2) aspek kognitif yang dapat mengembangkan imajinasi, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif dan pemahaman kontekstual; (3) aspek emosi mampu mengasah empati, pengendalian diri dan katarsis emosional; dan (4) aspek bahasa dapat mengembangkan pemahaman konsep-konsep nilai. Hal ini menunjukan bahwa selain meningkatkan ketangkasan motorik, permainan tradisional dapat meningkatkan aspek kognitif serta afektif.

Salah satu contoh ialah permainan Gobak Sodor. Dalam permainan tersebut ketiga aspek pengetahuan meliputi kognitif, afektif serta psikomotorik dapat di latih. Di perlukan perhitungan yang cermat untuk menghadang atau melewati musuh (Kognitif). Di perlukan kerjasama antar kawan untuk menghadang atau melewati musuh (Afektif). Dan di butuhkan ketangkasan untuk berlari atau menangkap lawan (Psikomotorik). Dan masih banyak lagi permainan tradisional yang dapat membentuk karakter yang kuat.

Maka dari itu, pembentukan karakter melalui permainan tradisional merupakan jawaban dari semakin kompleks masalah merosotnya karakter generasi milenial. Lebih-lebih kepada anak usia dini. Mereka seharusnya tidak diberikan asupan gadget yang terlalu berlebihan. Pengenalan dengan permainan-permainan tradisional harus di galakkan oleh baik dari prang tua maupun sekolah. Dengan pembudayaan permainan tradisional, selain menjaga tradisi dan pelestarian kekayaan Indonesia dapat sekaligus membentuk karakter pejuang kepada generasi penerus bangsa.

Selasa, 22 Oktober 2019

Bencana: Teguran Nyata Disaat Kelalaian Merajalela


Akhir-akhir ini kemelut semakin banyak terjadi melanda Ibu Pertiwi. Belum lama rasanya kebakaran hutan Kalimantan dan Sumatera melanda yang merugikan berbagai aspek kehidupan. Belum lupa pula masalah sosial demonstrasi yang menuntut tidak di sahkannya RUU yang katanya banyak merugikan masyarakat. Saat ini Ibu Pertiwi kembali berduka dengan terbakarnya gunung-gunung di Jawa Timur serta bencana angin ribut di Kota Batu(20/10).
Bencana ini seakan tidak terekspose oleh media, karena tertutup oleh gemparnya pemberitaan tentang pelantikan presiden terpilih Jokowi-Ma’ruf masa abdi 2019-2024. Apakah ini berhubungan?
Peristiwa bencana alam terus menerus terjadi begitu saja. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bencana alam. Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa  bencana yang sering terjadi di Indonesia merupakan dampak dari letak geografisnya yang menjadikan Negara Indonesia rawan terjadi gempa bumi. Banyaknya gunung berapi yang menyebabkan rawan terjadinya gunung meletus. Perairan yang luas menyebabkan rawan terjadinya tsunami, serta kondisi masyarakatnya yang kurang sadar akan kehidupan dengan lingkungan sehingga banyak terjadi kebakaran hutan, banjir, tanah longsor dan masih banyak lagi.
Selanjutnya, bisa disebut apakah bencana yang silih berganti datang?  Masih pantaskah kita menyebut ini sebagai ujian di antara kemaksiatan dan perbuatan manusianya yang melakukan banyak kerusakan. Dan apakah ini semua benar-benar azab yang di turunkan oleh Allah untuk menegur hambanya yang mulai lalai dalam segala hal?
Berbagai macam ujian, musibah dan bencana yang melanda negeri ini banyak terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri. Mereka banyak melakukan maksiat terhadap Allah dan Rasul. Selain itu banyak orang-orang yang dipercaya memimpin untuk mewakili suara rakyat justru berperilaku dzolim terhadap rakyat.
 “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud : 117)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah tidak akan membinasakan suatu Negara apabila rakyatnya patuh dan taat kepada perintah Allah. Lain halnya jika rakyatnya mulai lalai dan meninggalkan perintah Allah. Seperti halnya kaum Nabi Luth yang di tenggelamkan karena perbuatan maksiatnya (LGBT).
Itulah perkara-perkara yang menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan,kehancuran, kesempitan perpecahan antara rakyat dan pemimpin serta rakyat dengan rakyat. Korupsi dan ketidak adilan merajalela. Segala macam penyakit muncul menimpa manusia yang benar-benar menyulitkan kehidupan manusia.
Maka dari itu, seharusnya mulai sekarang menyadari sendiri apa yang telah dilakukan. Tidak hanya selalu menuntu keadilan, akan tetapi berusaha pula menunaikan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya. Dengan hal-hal kecil tersebut jika dilakukan dengan ikhlas maka akan mendapatkan ridho dari Allah sehingga negeri ini mendapatkan rahmat yang berlimpah. Bukan lagi bencana yang terus menerus terjadi.


Jumat, 27 September 2019

Peran Teknologi Sebagai Penunjang Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0


Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0. atau revolusi industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat di lepaskan dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi  tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan.

Dalam ranah pendidikan, Pendidikan 4.0 merupakan istilah umum yang digunakan oleh para ahli teori pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi cyber baik secara fisik maupun tidak ke dalam pembelajaran. Ini adalah lompatan dari pendidikan 3.0 yang mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan, menggunakan teknologi digital dan mobile berbasis web, termasuk aplikasi, perangkat keras dan perangkat lunak dan hal lain dengan E di depannya.

Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespon kebutuhan revolusi industri keempat dimana manusia dan mesin di selaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menemukan kemungkinan inovasi baru. Pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan tantangan dan kebutuhan pada era sekarang ini. Kurikulum yang membuka akses bagi generasi milenial mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.
Berbicara masalah revolusi industri 4.0 dan kaitannya dengan pendidikan  tentu saja dunia pendidikan adalah hal yang utama dan sentral untuk mengikuti arus revolusi industri ini karena akan mencetak dan menghasilkan generasi-generasi berkualitas yang akan mengisi revolusi industri 4.0. Pendidikan di era revolusi industri 4.0 berupa perubahan dari cara belajar, pola berpikir serta cara bertindak para peserta didik dalam mengembangkan inovasi kreatif berbagai bidang.
Revolusi industri 4.0 telah merubah berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Tidak bisa di pungkiri bahwa teknologi multimedialah yang saat ini mampu menarik perhatian lebih dari siswa daripada pembelajaran dengan metode klasikal yang cenderung kuno. Hal tersebut karena dapat mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Multimedia telah mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamik.

Dengan berkembangnya teknologi multimedia, unsur-unsur video,bunyi, teks dan grafik dapat dikemas menjadi satu melalui Pembelajaran Berbasis Komputer (PBK). Sekarang ini, materi PBM telah banyak ditemukan di pasaran baik berbentuk CD ataupun DVD. Di tambah lagi dengan semakin berkembang pesatnya internet yang membuat segalanya semakin tidak terbatas. Kondisi yang perlu didukung oleh internet berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yaitu sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut. (Boettcher, 1999).

Teknologi seakan menjadi nyawa dalam pendidikan di era ini karena tanpa teknologi, pendidik telah tergantikan oleh robot. Dengan seperti itu, di kembangkanlah berbagai media pembelajaran dengan berbasis teknologi yang biasa di sebut E-Learning. E-learning adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk membantu kegiatan pembelajaran.(Daryanto, 2010). Pada program ini pihak sekolah atau penyelenggara pendidikan menyediakan sebuah situs  / web e-learning yang menyediakan bahan belajar secara lengkap, baik yang bersifat interaktif maupun non interaktif. Kegiatan siswa dalam mengakses bahan belajar melalui e-learning dapat di deteksi apa yang mereka pelajari, bagaimana kemajuan belajarnya,  berapa skor hasil belajarnya.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, Indonesia harus segera berbenah dan melakukan banyak inovasi khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa inovasi yang dapat dilakukan ialah dengan menggalakkan teknologi informasi sebagai media pembelajaran seperti teknologi multimedia dan e – learning. Memang tidak semua guru paham dan mengerti tentang perkembangan teknologi tersebut maka dari itu di butuhkan peran pepmerintah dalam mensosialisasikan apa saja yang di butuhkan guru untuk menghadapi revolusi industri 4.0


Minggu, 15 September 2019

Sejatine Manungso Urip



Sejatine manungso urip iku songko hayang hayange dewe , yoiku atine kang manunggal dening Gusti Allah kang Maha Tunggal. Kewibawaan seorang hidup itu dari perilakunya sendiri, jika perilakunya sendiri adalah hangkara murka mongko hayang hayange yoiku rosone atine teleng ing gesang inggih meniko bakal sengsoro ono ing neroko. Lan sebaliknya dikala orang ini hidupnya dalam kesempurnaan batin yaitu insan kamil maka hatinya senantiasa di hiasi dengan pesona yang indah dalam dekapan jannah.

Ajine manungso urip iku songko hayang hayange dewe, matine kang manunggal deneng Gusti Allah kang Tunggal. Yo rasa ilmune wong iku tatkala mangucap lafad suci kalimat tauhid Lailahaillallah Muhammad Rasullullah. Ora iso  manjing ing rasane ora biso nginep ing griya. Owalah ngger  kabeh siro anak putu adam mugo siro dadi manungso sejati sejatine manungso.  Manungso sejati kateges biso mbedaaken sifat iro tumrap jalmo liyo lan rojo koyo, tumrap  manungso lan hayawan. Yen dadi manungso sejati iku yo biso milah yo biso milih. Ananging ora biso milehake. Bisoho ngakoni salah kendel rumongso salah.

Sing di arani wong sakti iku dulur, eleng eleng. eleng dengan kata kata indah ini. Sing di arani wong sakti iku dulur Wong kang sabar ngalah. Ojok bekiteten atine, ojok ngamuk an, seng ajer seng ajer. Sejatine manungso iku kateges manunggaling roso. Roso sejati sejatine roso. Roso cipto ciptone roso senajan kang moho kuwoso kawedar kelawan biyung lan bopo. Nandar ben sukmo kelawan bungkus badan iro. Sejatine rupo iku piningit ono ing ati,sak lebete ati lan ono ing lebet yoiku ono ing jerone ati melbet wonten sisihe ati jerone ati yoiku teleng e Qolbi. Lelakune batin iku dumunung ono ing sukmo melbet wonten dar siroo ruh.

Eleng, lelampahane sukmo meniko wonten ono ing saklebete roso kang cecambeneng dadi sawiji, nyawiji dados sak temene dzat. Ilingo dulur. Urip iki ibarate wayang, kadang di puji yokadang di uji. Yo kadang di keplek pkeplekno ono ing duwure panggung. Damare yoiku rembulan lan srengenge. Ten mriku wonten kelir  minongko alam ben awung awung sing nyonggo tanah cipto. Wonten mriku wonten debok yoiku bumi kang kateges kanggo ngadekno wayang yoiku bumi. Dalange yoiku kang murgeng dumadi yoiku jragan alam. Mlaku sak mlaku obah sak polah di obahno dalange. Yen wis mari purno lakoni, wayang dilebokno kotak dalange. Lelakone yoiku pramiksani.

Dulur, manungso iku sejatine mayit kang lumampah ing duwure bumi. Di lampahke pengerane. Milo dulur, wayang iku embane hayang hayang. Wayang iku embane wetone ayang ayang. Mongko ajine manungso urip iku songko ayang ayange dewe. Atine kang manunggal dening gusti Allah kang tunggal. Ojo wedi karo sopo sopo, wediho karo seng gawe sopo sopo.


Sabtu, 14 September 2019

Hidup untuk Belajar


      Pendidikan merupakan proses menggali dan menumbuhkan potensi dalam diri. Dalam kehidupan, suatu pendidikan sangat perlu dijalankan untuk mengetahui seberapa besar potensi yang dimiliki siswa pelajar ataupun mahasiswa. Untuk mengetahui potensi dalam diri peserta didik, maka perlu sebuah proses yaitu menggali setiap potensi yang dimiliki setiap peserta didik menggunakan pendidikan. Dan dengan pendidikan tersebut kita bisa menilai seberapa besar potensi dalam diri seseorang dan apakah seseoang tersebut berpotensi lebih dalam dirinya.
     Suatu potensi dalam diri seseorang tidak akan berkembang jika tidak didampingi atau diarahkan dengan bantuan atau fasilitas. Dan salah satu fasilitas adalah pendidikan. Dalam pernyataan sebelumnya, dengan pendidikan potensi-potensi dalam diri seseorang akan tersalurkan dan berkembang, jadi potensi yang dimiliki tidak hanya jalan di tempat.
    Proses pendidikan tidak akan bisa berjalan tanpa adanya kemauan untuk melakukan budaya belajar. Seperti yang di lakukan oleh Ibnu Sina yang di usia 10 tahun telah mampu menghafalkan Al Quran. Dan di usia remaja ia telah mampu melakukan berbagai hal hebat di antaranya tidak hanya belajar tentang teori kedokteran, akan tetapi juga menemukan metode baru pengobatan.
    Peserta didik seharusnya dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh Ibnu Sina bukan tentang perjalanan yang mulus, akan tetapi tentang pasang surutnya perjuangan untuk mendapatkan ilmu. Sebagai seorang remaja, dia sangat bingung dengan teori Metafisika Aristoteles, yang ia tidak bisa mengerti sampai dia membaca komentar al-Farabi pada pekerjaan. Untuk tahun berikutnya, ia belajar filsafat, di mana ia bertemu lebih besar rintangan. Pada saat-saat seperti ini, dia akan meninggalkan buku-bukunya, melakukan wudhu, kemudian pergi ke masjid dan terus berdoa sampai hidayah menyelesaikan kesulitan-kesulitannya. Jauh malam, ia akan melanjutkan studi dan bahkan dalam mimpinya masalah akan mengejar dia dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata-kata itu dicantumkan pada ingatannya; tetapi artinya tak jelas, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di sebuah toko buku seharga kurang dari tiga dirham. Begitu besar kegembiraannya atas penemuannya itu, yang dibuat dengan bantuan sebuah karya dari yang telah diperkirakan hanya misteri, bahwa ia bergegas untuk kembali, berterima kasih kepada Tuhan dan diberikan sedekah atas orang miskin.
    Ibnu Sina berani mencoba dan terus mencoba dan memang seperti itulah kewajiban sebagai seorang muslim untuk selalu belajar, belajar dan belajar. Seperti dalam hadist Rosululloh “Tholabul ‘ilmi minal mahdi ila lahdi” yang artinya menuntut ilmu dari kandungan sampai mati. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya  belajar dan yang terpenting hidup untuk belajar dan menggapai ridho Allah dengan belajar.