Pages

Kamis, 23 April 2020

Persahabatan Kucing dan Tikus



Zaman dahulu kala, di sebuah lubang hitam di sudut pasar tinggallah seekor tikus kecil bernama Jacky. Si Jacky ini berbeda dengan tikus yang lain karena ia sangat suka bersahabat dengan berbagai jenis hewan. Salah satu sahabat terbaikknya ialah Miki si kucing rumahan. Mereka berdua kompak mencari makanan bersama setiap hari.
“Miki gimana kalau kita ke pasar seperti biasa? Perutku lapar.” Ajak Jacky si tikus kecil.
“Waah boleh, ayok mumpung aku juga belum makan.” Sahut Miki.
“Eh, tapi kalau ketahuan kelompok kita gimana?” Tanya Jacky khawatir.
“Tenang saja, kita seperti biasa saja, kamu sembunyi didalam tasku.” Jawab miki tenang.
Mereka berduapun berangkat menuju pasar dengan perjalanan yang sembunyi-sembunyi dari masing-masing kelompoknya.
Kelompok tikus dan kucing memang sudah sejak lama berselisih. Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain perebutan wilayah kekuasaan, perebutan makanan dan masih banyak lagi. Sehingga sering terjadi perselisihan, dan juga pertengkaran antara kelompok kecil bahkan kelompok besar.
“Eh, jack ada boss Piki di depan bagaimana ini?” Tanya miki dengan nada khawatir.
“Lanjut jalan saja santai pokoknya jangan sampai ketahuan.” Jawab jacky sok bijak.
Dengan sedikit keberanian, Miki lewat di depan Boss Piki dengan tatapan yang tak biasanya.
“hei kamu, kucing kecil mau kemana?”
“Saya mau kepasar cari makan boss”
            “Lalu di dalam tas kamu ada apa kok sepertinya menarik?” goda Piki.
            “Bukan apa-apa boss Cuma pakaian saja.” Jawab miki khawatir.
Di dalam tas pun si Jacky merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan berusaha untuk mengintip keluar. Dengan sedikit usaha, jacky berhasil membuka sedikit resleting tas milik Miki. Tidak di sangka-sangka resleting tersebut terbuka lebar dan membuat jacki terjatuh di antara Miki dan Piki yang sedang berdialog.
“Bukkkk...” suara Jacky jatuh dari dalam tas Miki.
“Eh kamu siapa?” Hardik si Piki
Tanpa sepatah kata, si Jacky langsung melarikan diri diantara kerumunan orang-orang di pasar. Si Mikipun nampak kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan karena si Piki telah memanggil pasukannya untuk mengejar Jacky.
Jacky berlari kencang menuju rumahnya, akan tetapi rumah si Jacky sudah dijaga oleh beberapa anak buah Piki. Melihat banyak kelompok kucing si jackypun berlari memutar balik menuju markas teman-temanya. Sayangnya di dalam markas Jacky tidak menemukan satupun temannya.
Di lain tempat, Piki murka besar kepada Miki karena dianggap seorang pengkhianat.
“Hei kamu kucing kecil, berani beraninya ya kamu berteman dengan tikus jalanan yang menjijikkan itu.” Bentak Piki kepada Miki.
“Maaf, tapi Jacky tidak seperti yang bos bayangkan, dia sangat baik berbeda dengan tikus lainnya.” Jawab Miki.
“Halah, tidak ada sejarah yang mengatakan ada tikus yang baik dan tidak ada pula sejarah yang mengatakan kita boleh bersahabat dengan tikus, karena kesalahanmu ini kami anggap kamu bukanlah kelompok dari kami, carilah tempat tinggal dan juga makan di tempat lain. Kalau perlu minta sana sama tikud jalanan yang bau itu.”
Dengan sangat marah si Piki mengusir Miki dari kelompok kucing pasar, Si Miki kebingungan dengan nasib sahabatnya Jacky yang dikejar-kejar oleh anak buah Piki. Ia berusaha mencari dengan berlari keliling pasar sampai ke sungai tempat mereka biasa bermain bersama, akan tetapi hasilnya nihil. Si Miki tidak menemukan sedikitpun jejak Jacky.
Si Jacky yang kebingungan mau kemana terus berlari hingga menemukan satu temannya. Ia berbicara kepada temannya bahwa ia sedang di buru oleh geng kucing pasar anak buah Piki.
“Akhirnya ketemu, tolong aku di kejar anak buah Piki.” Eluh Jacky.
“Kok bisa? Tunggu disini aku panggil teman-teman.” Jawab tikus jalanan itu sambil langsung berlari kencang.
Kucing-kucing anak buah Piki pun semakin dekat dengan Miki. Si  Jackyyang sangat risau terus berlari agar tidak sampai bertemu dengan gerombolan Kucing Pasar. Ia terus berlari hingga sampai di ujung jurang yang sangat dalam.
“Bagaimana ini kalau aku tertangkap?” Gumam si Jacky di dalam hati.
Di lain tempat Miki yang sangat kebingungan dengan nasib temannya berusaha memberanikan diri untuk menemui bos Piki di Markas besar kucing pasar. Dengan tekat yang sudah sangat bulat, ia memantapkan langkahnya untuk memasuki markas yang sudah mencoret namanya dari daftar anggota.
“Permisi bos Piki.” Sapa Miki dengan nada yang sangat lirih.
“Berani-beraninya kamu kesini? Masih besar sekali nyali kamu?” Bentak Bos Piki.
“Tidak, saya ingin meminta keringanan, bos boleh mengusir saya akan tetapi jangan melukai teman saya Jacky, dia sudah sangat baik tidak seperti tikus yang lainya.” Pinta Miki.
“Banyak omong kamu, sekali tikus ya tetap tikus tidak ada sejarah yang mengatakan ada tikus yang baik.” Hardik Bos Piki.
“Tapi boss.”
“Ahh Sudahlah, Pengawal!”
“Iya boss.” Jawab pengawal.
“Seret keluar kucing tak berguna ini.” Perintah Bos Piki.
“Siap Bos.” Jawab pengawal serentak.
“Tapi boss, saya jelaskan duluu” ucap Miki.
Akan tetapi Bos Piki yang terlanjur marah tidak mau lagi mendengar kata-kata yang di ucapkan Miki. Ia tetap pada pendiriannya untuk tidak berteman dengan tikus karena hal ini sudah di lakukan secara turun temurun dari Nenek moyangnya. Tidak ada yang mau damai bahkan berteman dengan tikus.
Si Miki yang kebingunganpun mengingat satu tempat. Dimana dia sering merenung bersama Jacky.
“Pasti dia ada di dekat jurang.” Simpul Miki
Tanpa pikir panjang dia langsung berlari menuju jurang tempat ia biasa berdua bersama Jacky. Ia sering bertukar pikiran membicarakan banyak hal tentang pertemanan dan rencana- rencana mereka untuk mendamaikan kelompok mereka yang selalu bertentangan. Disitulah mereka berdua menggantungkan tinggi-tinggi mimpi mereka. Bersama purnama di antara bintang-bintang berselimut senja bahkan terbakar sinar sang surya sudah mereka lalui bersama.
Si Jacky yang telah sampai dulu di jurang masih was-was, takut bila ia akan tertangkap. Benar saja, tak lama berselang si kucing anak buah Piki sampai juga di ujung jurang.
“Hahaha...akhirnya ketemu juga tikus jalanan ini. Siap-siaplah menjadi tikus pepes, hahaha...” Kata seekor kucing anak buah Piki.
“Tidak, aku bisa jelaskan.” Bela Jacky dengan tubuh yang gemetar.
“Jemput bos Piki, kita habisi saja mereka.” Kata seekor kucing lain.
“Oke, aku saja yang jemput.” Jawab Tomas, yang menjabat sebagai perdana menteri kucing pasar.
Kelompok kucing tersebut membentuk lingkaran untuk mengancam dan juga mematikan pergerakan Jacky. Si Jacky yang sudah terpojok hanya mampu berdoa agar teman temannya segera sampai dan dapat menolongnya. Tak lama kemudian sampailah Bos Piki untuk mengadili tikus malang itu.
“Ternyata ini, tikus yang katannya baik? Dalam sejarah kucing, tidak ada yang namanya tikus baik! Bawa saja ke markas kita adili disana.” Perintah Bos Piki.
Akan tetapi terdengar sebuah lengkingan hebat dari belakang kerumunan kucing.
“Tunggu...aku yang bertanggung jawab.”
Sontak seluruh perhatian tertuju pada sumber suara itu. Ternyata Miki. Dengan berani ia masuk ke dalam lingkaran untuk membela temannya yang sudah dipojokkan oleh komplotan kucing.
“Ternyata kucing ini lagi, masih berani? Hahaha.” Kata bos Piki.
“Maaf sebelumnya, jika Bos mau menghukum Jacky, hukum juga aku karena aku yang salah.” Kata Jacky.
“Kau benar, wahai pengawalku bawa mereka berdua kita berpesta malam ini hahaha.”
Belum selesai tertawa, rombongan tikus datang dengan tiba tiba dengan jumlah yang lumayan luar biasa.
“Kau, kucing berani-beraninya kalian menyakiti bangsa kami awas saja kau!”
Tanpa banyak bicara kelompok tikus menyerang kucing dan pertarungan hebatpun tak dapat di hindarkan sampai pada akhirnya Piki yang terkena pukulan tikus sempat oleng dan terperosok di jurang. Akan tetapi tangan Jacky menggenggam erat tangan Piki yang sudah berkali-kali menghardiknya itu.
Teman-teman Jacky memintanya untuk melepas saja genggaman itu akan tetapi Jacky teringat dengan petuah gurunya seekor semut tua.
“Berbuatlah baik dalam keadaan apapun, sekalipun itu kepada orang yang telah menyakitimu.”
Kata-kata tersebut terngiang-ngiang di kepala Jacky. Akhirnya ia menyelamatkan Piki dengan menariknya keatas. Piki pun sempat terdiam dan bertanya tanya seharusnya tikus kecil itu bisa balas dendam dengan melepas pegangannya akan tetapi kenapa tidak.
Ia berpikir cepat dan dengan wajah yang memerah akhirnya ia berteriak.
“Berhenti... Sudahi saja pertarungan tiada guna ini!”
“Sudah bertahun tahun aku dikenal keras kepal jika berbicara masalah perdamaian dengan tikus. Akan tetapi hari ini, aku tahu bahwa tidak selamanya bernusuhan itu baik. Aku tahu diantara kalian (tikus-tikus) pasti banyak yang tidak suka padaku akan tetapi hari ini detik ini aku ku proklamirkan sesuatu untuk kalian. Dengan ini saya nyatakan perdamaian kepada kelompok tikus dan mengaku bersalah karena merasa memiliki segalanya dan tak mau berbagi.”
Mendengar kata-kata itu, seluruh kelompok merasa kaget dan bertanya-tanya mengapa permusuhan yang telah lama bisa secepat ini selesai.
“Kalian pasti bertanya-tanya, aku bisa bicara seperti ini karena tikus kecil ini. Setelah sekian banyak ancaman dan juga siksaan yang telah ku berikan, ia masih mau untuk menolongku padahal bukan tidak mungkin ia membunuhku. Aku berhutang nyawa padamu nak dan sebagai gantinya bagaimana kalau kita berdamai sudahi saja segala permusuhan yang tak berujung ini?”
Tidak membutuhkan waktu lama untuk kelompok tikus memutuskan jawaban.
“Saya mewakili kelompok tikus menerima dengan besar hati permintaan maaf kalian jika kita semua bersatu pasti kita akan lebih cepat maju.”
Suasana yang sangat panas itu di akhiri senja yang menghangatkan di tambah dengan kehangatan keluarga yang terbentuk buah dari perbuatan baik. Mereka saling berpelukan dan  saling memaafkan. Jacky dan Miki pun mengukir sejarah, mendamaikan kelompok mereka yang bertentangan tanpa berkesudahan. Sekarang mereka bebas bermain dan mencari makan bersama tanpa ransel tanpa sembunyi. Tanpa ada khawatir karena mereka semua sekarang adalah Keluarga.
                                                              

Selesai...








0 komentar:

Posting Komentar